Bagaimana mungkin kita membangun lingkungan bahagia, menjadikan anak bahagia, bila kita tak memiliki itu? Hidup ini bukan sulap simsalabim. Kebahagian itu dibangun dari hati, tak sekadar nilai kalkulasi.
Benar, untuk menjadi bahagia ada tahapan yang bisa dilakukan. Menyimak anak bicara, misalnya. Bila kita tak bahagia, maka kualitas kita menyimak celoteh anak tidak akan maksimal. Oh, bahkan belum tentu kita punya kesabaran maha luas bila hati tak bahagia.
Mencipta rumah nyaman untuk anak, pastikan diri kita bahagia. Secara teoritis, jangan menyelamatkan orang tenggelam jika kita tak mahir berenang. Beberapa indikasi sederhana bahagia adalah: bangun pagi dengan gembira, mudah tersenyum, tak mudah tersinggung.
BACA: Tanpa Disadari, Ini 4 Penelantaran Anak yang Sering Dilakukan Orangtua
3. Jangan Beri Kebahagiaan Jangka Pendek
Kita memang harus membuat masa kanak-kanak buah hati terasa indah. Namun, kita tidak boleh membuat mereka bahagia untuk jangka pendek.
Mengacu pada Bonnie Harris – penulis buku When Your Kids Push Your Buttons: And What You Can Do About It, jika kita meletakkan anak dalam rumah yang steril dan segala keinginan mereka terjamin ada, maka mereka akan tumbuh menjadi anak yang yakin bahwa dunia seindah itu. Padahal, kehidupan nyata akan berkata sebaliknya.
Anak perlu diperkenalkan pada emosi sedih, marah atau frustrasi. Masih menurut Bonnie Harris, anak yang tidak pernah belajar mengatasi emosi negatif akan rentan dan lemah menghadapi persoalan begitu mereka tumbuh dewasa. Mereka akan cenderung meratap dan mengasihani dirinya dibanding melihat persoalan dengan tenang.
Begitu anak bisa mengatasi emosi yang tidak enak itu, maka ia akan belajar untuk bisa menghadapi hal serupa di kemudian hari. Tugas kita adalah memastikan padanya bahwa apapun masalahnya, kita akan selalu mencintainya.
4. Ini Agak Sulit. Tapi Ingat: Sukses dan Gagal adalah Sejajar
Dengan penuh semangat, kita akan memuji anak yang berhasil menyelesaikan sesuatu atau berprestasi di sekolah. Tapi begitu anak gagal, kita pun gagal menyembunyikan kekecewaan, meski sedikit. Padahal kegagalan adalah bagian dari perjalanan seorang anak menuju pengetahuan dan ketrampilan baru.
Gagal adalah pelajaran berharga seorang anak. Ia belajar rasa tidak enaknya, dan belajar untuk bangkit dan tidak patah semangat. Ukuran keberhasilan didefinisikan bersama kita. Sehingga, ketika mencapai kemajuan baru pasca kegagalan, maka rasa percaya dirinya akan mencuat. Rasa percaya diri ini akan membuatnya lebih gembira menghadapi hidup. Ya, dengan kata lain: bahagia.