10 Cara Membantu Anak Tumbuh Optimis dan Tak Mudah Menyerah

By nova.id, Jumat, 22 Januari 2016 | 08:37 WIB
Melatih anak mandiri sejak usia dini sesuai usia (nova.id)

Sikap optimis pada anak dibutuhkan agar ia memiliki daya juang tinggi dan tak mudah menyerah. Beberapa upaya perlu dilakukan agar anak tidak pesimis di kemudian hari.

Dari sudut pandang psikologi, optimisme adalah cara berpikir positif yang mengarah pada kebaikan/kondisi terbaik dari suatu keadaan/masalah. Kita tahu, keluarga sebagai lingkungan pertama dan utama dalam perkembangan si buah hati.

Anak cenderung mencontoh sikap orang di sekitarnya, terutama orangtua. Karena itu, faktor pola asuh menjadi peran yang penting dalam pertumbuhan sikap optimis pada anak. Lingkungan juga dapat mempengaruhi sikap optimis anak.

Nah, sikap optimis pada anak perlu distimulasi sejak dini. Bahkan, Nicky Maulani, M. Psi., Psikolog., CGA, psikolog di RS. Hermina Ciruas, Banten mengungkapkan bahwa sikap optimisme dapat ditumbuhkan sejak dalam kandungan.

BACA: Rahasia Membesarkan Anak Percaya Diri

“Misal, membiasakan berkata lembut, bercerita tentang hal-hal yang positif juga membisikkan kata-kata yang penuh semangat. Begitupun setelah lahir, orangtua dapat memberikan stimulasi yang disesuaikan dengan usia anak.”

Sebaliknya, ia menambahkan, anak yang tidak dibiasakan untuk bersikap optimis, dapat berkembang menjadi sosok yang pesimis dan penakut.

Anak akan menjadi tidak percaya diri dan takut mencoba berbagai hal baru karena ia merasa tidak mampu. Anak akan kurang memiliki daya juang dalam pencapaian tujuan sehingga mudah menyerah saat dihadapkan pada hambatan.

Daya saingnya pun lemah, ia akan menghindari perlombaan dan cenderung gagal dalam mencapai kesuksesan,” urai Nicky.

Selain itu, sikap pesimis juga dapat membawa anak menjadi terbiasa memadang buruk setiap permasalahan yang ia hadapi. Hal ini membuat anak mudah frustasi jika dihadapkan pada hambatan dan tidak terampil dalam mencari solusi dari permasalahannya.

Lalu, apa saja upaya yang dapat dilakukan untuk menumbuhkan optimisme anak? Berikut di antaranya:

1. Berikan stimulasi yang sesuai dengan usia dan kebutuhan.

Izinkan anak untuk mencoba mengenali benda-benda di sekitarnya. Sesuaikan stimulasi yang orangtua berikan dengan usianya. Catat perkembangan dan kecenderungan minatnya agar kita mudah menemukan cara mendidik yang sesuai dengan tipe dan karakter anak.

2. Mengembangkan rasa mampu dari anak.

Orangtua sebaiknya mendorong anak sejak dini untuk merasa mampu melakukan apapun.  Dukung anak untuk mau mencoba melakukan sesuatu sejak bayi dan memberikan penghargaan jika anak berhasil. Penghargaan tidak harus berupa pujian/kata-kata, namun dapat juga ditunjukkan ekspresi penuh kasih sayang, menepuk bahunya, bertepuk tangan dan sebagainya. 

BACA: Memelihara Optimisme Anak, Penting!

“Namun, yang terpenting cukup membuat anak mendapatkan pesan yang sedang disampaikan, sehingga menguatkan rasa percaya dirinya untuk selalu berusaha dapat menguasai suatu keterampilan tertentu.”

3. Jadilah contoh yang baik untuk anak.

Orangtua perlu memberikan contoh kepada anak dengan menjadi orangtua yang optimis dan tidak mudah menyerah. Orangtua dapat berbagi cerita mengenai pengalamannya di masa sulit dan bagaimana ia menghadapinya.

Orangtua dapat juga menceritakan pikiran-pikiran positif kepada anak saat menghadapi situasi yang kurang menyenangkan. Biarkan anak mendengar saat orangtua melakukan “self talk” sehingga anak dapat mencontohnya dan menerapkannya saat menghadapi hambatan.

BACA: Agar Anak Jadi Sosok Pintar dan Bahagia

4. Latih anak untuk berhadapan dengan situasi yang kurang menyenangkan.

Orangtua perlu melatih anak berhadapan dengan berbagai situasi dan kondisi yang di dalamnya terdapat "risiko dan kegagalannya". Anak yang terbiasa dilatih dalam kondisi-kondisi tersebut akan melahirkan mental yang lebih baik dan tidak mudah putus asa ketika menghadapi suatu masalah.

“Anak yang dilatih pada kondisi seperti ini akan lebih matang secara mental dan membuat jiwa mereka tidak mudah rapuh. Alhasil, anak tidak mudah depresi ketika ia harus dihadapkan pada kenyataan yang tidak sesuai dengan harapannya.”