5 Langkah Agar Internet Tidak Membuat Orangtua “Parno”

By , Selasa, 15 Maret 2016 | 05:03 WIB
Inilah Cara Terbaik Lindungi Anak dari Bahaya Internet (Nova)

Derasnya arus informasi di internet kadang membuat kita sebagai orangtua merasa khawatir. Mulai dari aksi-aksi remaja di bawah umur yang memajang foto layaknya orang dewasa, berita penculikan anak, hingga akses pada konten pornografi yang terbuka lebar.

Apakah anak kita aman saat diberi akses pada internet?

Sharing session Ngobras (Ngobrol Bareng Sahabat) bertema "Media Sosial, Ancaman atau Sahabat Anak dan Remaja?" pada Jumat (11/3) lalu, membahas mengenai pemahaman penggunaan media sosial yang disarankan.

Menurut Widuri dari ICT Watch dengan salah satu programnya yaitu Internet Sehat, menjelaskan pentingnya pemahaman digital bagi ibu dan anak.

BACA: Menyiasati Beban Menjadi Ibu di Era Digital

Ternyata, kadang tanpa disadari kita menjadi “penyebar ketakutan” itu, lo. Menyebarkan berita, kini menjadi sangat mudah. Pengguna  media sosial ramai membagikan informasi yang menakutkan tanpa mengonfirmasi kebenarannya. Inilah yang kemudian membuat kita semakin digempur informasi-informasi menakutkan dari berbagai sisi.

“Kita dikenalkan internet sejak kecil, tapi tidak dibekali dengan informasi mengenai apa saja yang harus kita jaga. Seperti yang kita tahu, internet memiliki dua mata pisau. Tapi di mana-mana lebih dibahas yang jeleknya. Blokir sana blokir sini. Sementara, banyak manfaat juga dari internet. Kuncinya adalah pengetahuan, literasi digital. Jangan sampai internet menciptakan orangtua-orangtua yang parno.

Nah, apa saja yang harus dilakukan orangtua terhadap media sosial? Kuncinya adalah memahami bagaimana menggunakan media sosial dengan bijak. Ini bisa dilakukan mulai dari diri sendiri.

1. Pikirkan Sebelum Posting Foto Anak

Sebelum mengunggah foto, khususnya foto anak, sebaiknya orangtua memikirkan dampaknya. Apakah ini akan membuatnya malu atau merugi ketika ia sudah dewasa?

BACA: 5 Foto yang Harusnya Tak Anda Unggah di Media Sosial

“Ingat, foto itu kalau sudah masuk ke internet, kita sudah tidak punya kemampuan untuk menjaganya. Setiap orang bisa save dan upload lagi foto tersebut.”

2. Tidak Sembarang Share dan Komentar

Mungkin Anda sering melihat foto anak-anak di bawah umur yang tidak semestinya. Misalnya foto anak SMP yang sedang berpacaran layaknya orang dewasa. Hal itu banyak dibagikan di media sosial dan membuat para orangtua khawatir, bagaimana bila ini terjadi pada anak kita?

Atau, mungkin selama ini masalah cyber bullying juga menjadi kekhawatiran Anda mengingat begitu mudah orang dipermalukan atau direndahkan oleh orang lain yang tak mengenalnya.

“Selama ini kita berpikir cyber bullying itu menyeramkan. Tapi siapa tahu kita juga pelakunya? Jadi, jangan dengan mudah membagikan tautan atau foto yang seperti itu. Jangan sampai malah kita ikut memviralkan dan menjadi membuka gerbang bully dengan mengomentarinya di media sosial. Sebelum share, bayangkan privasi anak tersebut karena ini bisa terjadi pada siapa saja ,” terang Widuri

3. Perhatikan Usia Anak yang Pakai Media Sosial

Khawatir bila anak Anda justru menjadi pengguna media sosial yang tidak bijak? Widuri menyarankan, ikutilah ketentuan usia minimal pembukaan akun di masing-masing media sosial.

“Itu bukan tanpa alasan. Usia tersebut karena anak dinilai sudah matang dan bisa menyikapi masalah. Sehingga, ia bisa menggunakan media sosial itu dengan bijak.”

BACA: Di Usia Berapa Anak Boleh Punya Media Sosial?

4. Jangan Hanya Percaya “Parental Control”

Mungkin Anda merasa sudah memberikan perlindungan maksimal dengan menerapkan “parental control” atau berbagai aplikasi pelindung anak dari konten pornografi.

Faktanya, itu hanyalah alat bantu dan orangtua tetap harus mendampingi. “Anak jangan dibiarkan sendirian dengan gadgetnya. Anak maupun orangtua harus terbuka, jangan malah orangtua pura-pura tidak tahu karena takut menemukan sesuatu yang buruk di kegiatan online anak. Kalau anak sedang chat, coba dekati dan lihat. Kalau ada yang tak pantas, tanyakan dan tegur.”

Jangan sampai, tambah Widuri, kita menjadi orangtua yang rela mempercayakan anak pada tools berupa aplikasi pengaman tersebut. “Sebagai orangtua, bukankah kita yang harus menjaganya?”

5. Jangan Takut Terlihat Gaptek

Hal terakhir yang harus dilakukan orangtua adalah jangan takut untuk mulai belajar seputar dunia digital, termasuk media sosial.

“Kalau Anda merasa gaptek sebagai orangtua, jangan malu minta diajarkan anak. Itu akan membuat komunikasi jalan. Minta anak sharing pengetahuan yang ia punya tentang internet,” saran Widuri.