Epilepsi adalah penyakit serius menahun yang berkaitan dengan saraf. Saat seseorang mengidap epilepsi, ia mengalami kejadian sekilas paroksismal akibat letupan- letupan berlebihan neuron di korteks otak.
Biasanya, seseorang didiagnosis epilepsi setelah mengalami kejang setidaknya dua kali, tanpa disebabkan oleh kondisi kesehatan.
Perlu diketahui, otak memiliki jutaan sel saraf yang mengontrol bagaimana kita berpikir, bergerak, dan merasa, dengan mengirimkan sinyal listrik dari satu sel ke sel lainnya. Jika sinyal-sinyal ini tiba-tiba terganggu, maka akan menyebabkan bangkitan epilepsi.
BACA: Pertolongan Pertama pada Pasien Epilepsi
Hingga kini, angka kejadian epilepsi masih tinggi terutama di negara berkembang. Studi menunjukkan bahwa prevalensi epilepsi aktif rata-rata adalah 8,2:1000 penduduk.
Sementara di Indonesia, dari total 237,6 juta penduduk diperkirakan jumlah Orang Dengan Epilepsi (ODE) mencapai sekitar 1,1 - 8,8 juta.
Prevalensi pada bayi dan anak-anak cukup tinggi, kemudian angkanya menurun pada usia desawa muda dan pertengahan, lalu meningkat lagi pada kelompok usia lanjut.
Penyebab Epilepsi
Epilepsi adalah salah satu penyakit neurologi menahun yang dapat terjadi pada semua orang tanpa batasan usia, jenis kelamin, ras, maupun status sosial-ekonomi.
“Pada serangan epilepsi, terjadi aktivitas atau cetusan listrik abnormal di otak berupa serangan kejang atau bentuk lain seperti perubahan tingkah laku dan perubahan kesadaran yang hilang timbul, baik yang terasa atau terlihat,” papar Dr. Irawaty Hawari, SpS, Ketua Yayasan Epilepsi Indonesia atau YEI, pada seminar ‘YES I CAN: Saya pasti bisa! Saya harus bisa!’.
Seminar kesehatan tersebut berupaya untuk mendukung penyandang epilepsi agar dapat mengenali dan mengembangkan potensi dirinya.
Gangguan listrik di otak tersebut, tambah Irawaty, dapat disebabkan oleh kerusakan jaringan seperti tumor otak, cedera kepala, atau akibat gejala sisa dari suatu penyakit seperti infeksi otak (meningitis, encephalitis), gangguan pembuluh darah otak (stroke), cacat lahir, dan kelainan genetika.
Sementara itu, serta sekitar 30 persen angka kasus epilepsi tidak diketahui penyebabnya.
“Manifestasi serangan dapat berbeda-beda tergantung pada fungsi otak mana yang terganggu.”
BACA: Mendeteksi Gejala Epilepsi pada Anak
Dilihat dari penyebabnya, epilepsi dapat dimasukkan ke dalam tiga kelompok utama, yakni simtomatik, idiopatik, dan kriptogenik.
1. Epilepsi Simtomatik
Disebabkan oleh cedera kepala, infeksi seperti meningitis, otak yang tidak berkembang dengan
baik, stroke, atau tumor.
Pemindai, seperti Magnetic Resonance Imaging (MRI), dapat menunjukkan penyebab pasti epilepsy simtomatik ini. Epilepsi tipe ini juga ada yang disebabkan kelainan struktural dalam otak dan organ lainnya.
2. Epilepsi Idiopatik
Penyebabnya tidak diketahui.
3. Epilepsi Kriptogenik
Penyebab epilepsi ini masih belum dipastikan dan masih dalam proses penelitian.