Fitri Aulia, Ramaikan Pasar Modest Wear Melalui Brand Kivitz yang Syar’i dan Stylish

By nova.id, Jumat, 6 Mei 2016 | 09:00 WIB
Fitri Aulia pemilik brand Kivitz (nova.id)

Bahan-bahan yang dipakai selama ini sebagian menggunakan bahan impor karena bahan dari Indonesia masih suka luntur. Sementara, untuk penjahit biasanya Fitri mencari penjahit rumahan. Namun, kadang kendalanya kualitasnya tidak bagus dan tidak kuat produksi dalam jumlah banyak.

Akhirnya, Fitri pun mengakali dengan memilih penjahit yang tidak menetap kecuali tukang pola saja yang tetap. “Saya lebih suka melempar ke konveksi yang agak besar untuk menjaga SDM. Karena mendapatkan SDM seperti itu agak susah, akan lebih baik jika mencari partner saja.”

Meski belum merambah ke busana laki-laki karena pasarnya tidak sebanyak perempuan, “Namun, saya membuat baju pengantin yang syar’i, kan, jarang. Memang dalam berbisnis itu harus tahu celah dan pintar membaca peluang yang lagi kosong.”

Membuat baju pengantin ternyata lebih susah apalagi dengan sistem membeli bukan menyewa.

“Kalau membeli berarti harus  ketemu orang yang memesan beberapa kali, mengajukan proposal, dan memberikan contoh desain. Setelah ada contoh desain pun, terkadang ada yang ingin dikompilasi lagi. Berarti harus ada penyesuaian lagi,” kata Fitri yang mematok harga busana pengantin dari Rp 5 - 20 juta. Sedangkan untuk sewa dipatok Rp 5 juta.

Memproduksi bridal akan lebih lama karena ada detail-detail busana, seperti payet dan bordir. “Meski lebih lama dan susah, tapi dari sisi desainer lebih puas mengerjakannya. Untuk mengekspresikan passion saya di fashion, ya, lihat di baju pengantin muslim ini.”

Benahi Manajemen  

Kesuksesan Fitri tak lepas dari peran suami yang lebih menangani sisi branding dan marketing. “Kerjanya mulai dari bagaimana orang mendapatkan persepsi tentang Kivitz, bagaimana orang bisa membaca tentang Kivitz lewat visual, membuat sosial media agar lebih dikenal, bikin foto yang pas seperti apa, begitu juga captionnya harus mengena.”

Selanjutnya, Fitri ingin membenahi manajemen Kivitz yang diakuinya masih serabutan. “Dulu, kan, enggak pakai target, sekarang harus ada targetnya jadi lebih teratur dan jelas targetnya,” papar Fitri yang sempat sekolah di Lasalle College selama 2 tahun.

Dari sekolah tersebut Fitri mendapatkan ilmu fashion. “Saya jadi mengerti tentang produksi atau bahan yang baik untuk busana itu seperti apa. Makanya saya merasa makin matang jadi desainer bukan karena ikut-ikutan.”

Harga yang dipatok Fitri termasuk yang premium sehingga benar-benar menjaga kualitas atau bisa dibilang harga dengan kelas butik. “Saya tidak mau memberikan kualitas jelek. Namun, saya juga pengin membuat busana dengan harga lebih terjangkau. Kalau biasanya dijual dengan harga Rp 500 ribuan, nanti ada yang dijual seharga Rp 200-400 ribu.”

Ciri Konsisten