95% Anak SD Mengenal Pornografi, Tanamkan Pendidikan Seks Anak Sejak Dini

By nova.id, Selasa, 10 Mei 2016 | 08:38 WIB
Ajarkan anak yang beranjak dewasa pendidikan seks yang mumpuni (nova.id)

Masa SD adalah fase yang cukup penting dalam perkembangan seksual anak. Sekitar 52 persen anak perempuan menstruasi di usia 9 tahun. Sementara 48 persen anak laki laki mimpi basah usia di 11-13 tahun.

Karena fase tersebutlah, anak harus sudah diberi pendidikan seksual ketika ia akan memasuki masa pubertas.

Mengapa  mempersiapkan anak masuk usia pubertas ini penting? Perlu diketahui oleh para orangtua, 95 persen anak kelas 4 – 6 SD (usia 9 sampai 11 atau 12 tahun) mengaku telah melihat pornografi.

Ini berarti proses kecanduan bisa dimulai di usia ini tanpa diketahui orangtua.

BACA: 7 Cara Pendidikan Seks untuk Anak Balita

Jangan sampai terlambat menyadari, simak pendidikan seksual untuk anak sesuai usia yang bisa sebaiknya Anda aplikasikan pada buah hati. Apa saja yang bisa dilakukan?

Pendidikan Seksual Anak Usia 5-7 tahun

1. Kenalkan bedanya orang-orang di sekitar anak, siapa itu orang asing, kenalan, teman, sahabat, dan sebagainya.

2. Ajarkan anak untuk mandiri agar tidak tergantung pada orang lain, terutama saat membersihkan diri seperti mandi, istinja dan sebagainya, serta berpakaian dan tidur, sehingga tidak membuka peluang orang lain melecehkannya.

3. Ajarkan anak untuk menjaga diri, di antaranya berpakaian yang menutup bagian paha dan sekitarnya, tidak bermain jauh dari rumah, tidak mudah percaya dengan orang asing.

4. Ajarkan saat tidur untuk menutup pintu kamar, tidak berpakaian minim, pisah tidur dengan orangtua, saudara sekandung lawan jenis. Kalau tidak punya kamar lain, batasi dengan gorden, sprei, atau kain apa saja. Mengetuk pintu/minta izin untuk masuk kamar orangtua.

5. Orangtua sebaiknya tidak mengganti baju anak di tempat yang terlihat orang lain. Begitupun, orangtua disarankan tidak berganti pakaian di depan anak.

BACA: Jangan Terlambat, Ini 8 Cara Berikan Pendidikan Seks untuk Anak Remaja

6. Ajarkan anak untuk mempercayai  perasaan dirinya sendiri atas perlakuan orang lain, apakah menyenangkan, membingungkan, atau justru menakutkan