“Sejauh Mata Memandang”, industri tekstil yang mewarnai kreasi wastra Indonesia, kini semakin mendapat sorotan. Dikenal karena teknik batik tradisional yang terinspirasi oleh hal-hal kecil yang indah di Indonesia, nama Sejauh Mata Memandang semakin meroket sejak Cinta dan sahabatnya mengenakan scarf Sejauh Mata Memandang dalam AADC 2.
Lini batik kontemporer yang tetap menempuh proses produksi dengan cara-cara tradisional ini mengeluarkan koleksi Lebaran 2016 yang berjudul "Cerita Pagi Sore".
Erat dengan nama brand, koleksi ini pun terinspirasi indahnya matahari yang menyapa alam dengan warna cerah ceria.
"Saya selalu jatuh cinta dengan keindahan warna matahari di atas hijaunya pegunungan dan bukit Indonesia. Maka, pada koleksi Lebaran ini saya menyatukan kedua hal yang saya cintai, yaitu batik dan warna-warna alam,” ujar sang perancang, Chitra Subiyakto.
Percik kesegaran terpatri dari koleksi yang pertama ditampilkan saat panggung busana "Made In Indonesia" oleh IPMI di Jakarta Fashion and Food Festival Kami (5/5) lalu ini.
Motif khas Sejauh Mata Memandang yang terinspirasi mangkuk ayam klasik dan titik bija, ditampilkan dengan porsi tepat sehingga memancarkan kesan manis, klasik, namun modern di saat bersamaan.
Pilihan dominasi warna kuning sebagai lambang dari matahari dan hijau tosca yang mewakili alam, memberikan kesegaran di tengah kreasi kain nusantara kontemporer yang saat ini semakin bervariasi.
Selain sebagai founder Sejauh Mata Memandang, Chitra Subiyakto juga memang dikenal sebagai pencinta keindahan alam. Pada kesempatan tersebut, melalui koleksi yang terdiri dari kain Pagi Sore dan seri pakaian klasik Indonesia, ia percaya bahwa kedua warna ini akan memberi suasana dan rasa baru untuk karya seni yang ia buahkan.
Produk Sejauh Mata Memandang dibuat oleh keterampilan tangan para pengrajin dan artisan yang berasal dari Jawa dan Madura. Itulah yang membuat lini ini menjadikan ketidaksempurnaan hasil buatan tangan sebagai sisi spesial, unik, dan personal dari sebuah karya.