Kisah Bripka Seladi, Polisi yang Nyambi Jadi Tukang Sampah

By nova.id, Kamis, 19 Mei 2016 | 06:30 WIB
Inilah pekerjaan sehari-hari Bripka Seladi. Di luar jam dinas, ia menjadi pengumpul sampah (nova.id)

Pukul 05.00 WIB, ia berangkat dari rumahnya di Jalan Gadang Gang 6, Kelurahan Gadang, Kecamatan Sukun, ke Mapolres Malang Kota.

Ia mengikuti apel, kemudian bertugas mengatur lalu lintas. Setelah mengatur lalu lintas, ia berdinas di Kantor Satpas, mengurusi ujian pencari SIM dan mengurusi administrasi sampai lepas jam dinas. Seusai lepas jam dinas dan berganti baju, ia menggowes mencari sampah.

"Itu sekitar empat tahun saya lakoni. Kemudian, teman saya meminjamkan rumah ini. Ini rumah kosong, saya jadikan gudang. Di sini pula pemilahan dan sortir sampah dilakukan," tutur Seladi.

Proses pemilahan sampah itu melibatkan empat orang, yakni Seladi, dibantu anaknya, Rizal Dimas, dan dua orang yang ia sebut temannya.

Seladi tidak lagi berkeliling memulung sampah. Setelah bertahun-tahun, namanya cukup dikenal. Ia telah memiliki tempat pengumpulan sampah di sekitar Stasiun Kota Baru Malang.

Dari tempat itu, setiap hari terangkut satu mobil pikap sampah. "Mobilnya beli juga dari hasil sampah ini," katanya. Sampah-sampah itu kemudian dipilah, apakah jenis botol plastik, kantong plastik, kardus, dan material lain.

Lalu, kenapa sampah? "Karena saya melihat, ada orang yang mengambil sampah di sekitar kantor saya dinas. Kemudian, saya pikir, ada rezeki di sana. Kalau tidak dipilah, akan banyak sekali tumpukan sampah. Saya lalu melakoninya, sendiri," ujarnya.

Ternyata, memang benar, sampah menjadi salah satu ladang rezekinya. "Meskipun tetap masih banyakan gaji polisi," katanya.

Pendapatan dari sampah menambah penghasilan ekonomi di rumahnya. Ia menyebut tidak banyak. Pendapatan dari sampah sekitar Rp 25.000-Rp 50.000 per hari, jika dihitung per hari.

Pendapatan dari sampah terkumpul seminggu sekali setelah sampah terjual. "Yang penting halal, ikhlas, dan terus ikhtiar dalam melakoninya. Tidak usah peduli omongan orang. Saya tahu, pasti ada yang mencibir. Kalau ada yang begitu akan saya jawab, 'Saya bisa menjadi seperti kamu, tetapi apa kamu bisa seperti saya'," katanya.

Karena itu, ia mengaku tidak minder ataupun rendah diri meskipun setiap hari berkutat dengan sampah. Ia juga tidak jijik memilah aneka sampah. Ia juga mengaku tidak pernah menderita sakit serius meskipun mencium bau sampah menyengat setiap hari.

Ia menegaskan, dirinya tidak mau tergiur meskipun berdinas di lahan yang selama ini dikenal sebagai lahan "basah" di institusi kepolisian.