Tabloidnova.com - Upaya pencarian terhadap seorang bocah lelaki berusia 7 tahun, Yamato Tanooka, yang dinyatakan hilang setelah ditinggal orangtuanya di gunung, hingga saat ini belum membuahkan hasil.
Kamis, (2/6/2016) ini, tepat lima hari berlalu, sejak pertama kali Yamato dilaporkan hilang oleh orangtuanya, Minggu.
Seperti yang diberitakan, Yamato menghilang setelah sebelumnya mendapat hukuman dengan diusir dari mobil karena bertindak salah.
Dia kemudian ditinggal di kawasan berpohon di wilayah Hokkaido, utara Jepang.
Aparat kepolisian menyebut, hingga saat ini sudah diturunkan 180 personel termasuk pasukan militer untuk melakukan penyirisan di kawasan itu.
Proses pencarian dititikberatkan di posisi terakhir bocah itu diturunkan dari mobil. Namun hingga saat ini tak satu pun petunjuk ditemukan.
Seperti dikutip dari laman Associated Press, tidak ada tanda-tanda keberadaan Yamato atau pun saksi mata yang melihat keberadaan dia.
Baca juga: Keterlaluan! Bocah 7 Tahun Dihukum Orangtua dengan Meninggalkannya Sendirian di Gunung
Sementara itu, beruang merupakan binatang yang konon sesekali muncul di wilayah pegunungan di Hokkaido.
Namun, serangan hewan itu kepada manusia hampir tak pernah terjadi, karena beruang pun nyaris tak pernah terlihat oleh manusia.
Hilangnya Yamato secara misterius, sampai mengundang perhatian di tingkat nasional. Selain pasukan militer, banyak warga yang menyampaikan dukungan dalam bentuk doa.
Selain itu, kritik dan kecaman terhadap orangtua si bocah pun tak kalah deras mengalir.
Hal itu kemudian mengundang perdebatan apakah hal semacam itu merupakan bentuk pendidikan kedisiplinan atau penyiksaan anak.
Aparat kepolisian menyebut, orangtua Yamato memerintahkan anak itu turun untuk membentuk kedisiplinannya.
Sebelumnya, saat melapor kepada polisi, mereka tidak berkata jujur. Orangtua bocah ini mengatakan, Yamato hilang ketika mereka sedang melakukan perjalanan memetik sayur-sayuran.
Sang ayah mengatakan, anaknya itu hilang ketika dia kembali setelah meninggalkannya selama beberapa ment saja.
Polisi lalu menyebut, hukuman terhadap Yamato dijatuhkan karena anak ini kerap melempari batu kepada orang dan mobil ketika dia bermain di sungai, hari itu.
"Membuat anak menurut dengan memberikan dia rasa takut atau sakit, adalah bentuk pendidikan orangtua yang buruk," kata Naoki Ogi.
Naoki Ogi adalah seorang profesor pendidikan di Universitas Hosei. "Itu adalah penyiksaan," tulis dia dalam blog-nya.
Glori K. Wadrianto / Kompas.com