Kisah Anak-anak Suku Bajo Belajar di Sekolah Terapung yang Sudah Reyot

By nova.id, Selasa, 7 Juni 2016 | 06:01 WIB
Adi (22) menggunakan baju sederhana hanyalah seorang guru tamatan SMA . Ia sudah dua tahun mengajar di SDN 1 Balimu, sekolah perkampungan Suku Bajo (nova.id)

Tabloidnova.com - Puluhan anak-anak perkampungan Suku Bajo, Kecamatan Lasalimu Selatan, Kabupaten Buton, Sulawesi Tenggara, tetap bersemangat datang ke Sekolah Dasar Negeri (SDN) 1 Balimu.

Padahal dinding sekolah yang terbuat dari anyaman bambu dan papan kayu ini sudah reyot dan mulai bolong-bolong.

Sekolah SDN 1 Balimu ini dibangun atas swadaya masyarakat perkampungan Suku Bajo.

Seorang warga perkampungan Suku Bajo, Hadi (36), mengatakan, di perkampungan tersebut belum mempunyai sekolah dasar, sehingga masyarakat membangunnya di atas air laut.

“Ada sekolah yang permanen tapi jaraknya cukup jauh. Anak-anak di kampung sini susah untuk pergi sekolah disana.Makanya ini sekolah dibangun atas swadaya masyarakat,” kata Hadi, Senin (6/6/2016).

Sekolah ini dibangun dengan model rumah panggung yang beralaskan papan kayu. Sekolah SDN 1 Balimu ini terbagi dalam dua kelas saja dengan meja dan kursi seadanya.

Selain itu, guru yang mengajar cukup memprihatinkan yakni hanya dua orang saja, salah seorang gurunya dengan pendidikan terakhir ijazah SMA saja.

“Saya sudah dua tahun mengajar di sekolah ini. Tidak ada yang mau mengajar disini. Yang guru satunya adalah kepala sekolah, dia pendidikannya sarjana pendidikan,” ucap seorang guru, Adi (22).

Baca juga: Sebulan Hilang, Fira Kirim Surat Akan Pulang Setelah Lulus Sekolah

Mata pelajaran yang ia ajarkan kepada anak Suku Bajo yakni, Matematika, Bahasa Indonesia, dan olah raga.

Menurut dia, kepala desa memintanya untuk mengajar di SDN Balimu dengan gaji Rp 300.000 per bulannya.

“Saya hanya tamatan SMA saja, saya mau mengajar disini karena siswa disini anak-anak Suku Bajo semua. Walaupun tidak ada gajinya, saya tetap mengajar agar mereka tidak dibodohi orang-orang,” tuturnya.