"Saya juga paham bagaimana rasanya menjadi orangtua," begitu penggalan kalimat yang diungkapkan dari salah satu dokter di sebuah rumah sakit, Senin (18/7/2016) malam.
Rumah sakit tersebut merupakan salah satu dari belasan rumah sakit yang terdaftar memakai vaksin palsu oleh BPOM.
Dokter berkacamata itu mengungkapkan, awalnya dia dengan beberapa perwakilan rumah sakit diundang oleh BPOM pada Kamis (14/7/2016) lalu.
Di sana, mereka diinformasikan seputar peredaran vaksin palsu yang sedang marak belakangan ini.
Setelah kembali dari BPOM pada Kamis malam, dia bersama rombongan menemui sekumpulan orang yang ingin meminta penjelasan di halaman rumah sakit.
Kumpulan orang tersebut mengaku telah mendapatkan informasi bahwa rumah sakit tempat dokter itu bekerja diberitakan memakai vaksin palsu.
"Datang-datang saya juga kaget, orang ini mau apa gitu. Mereka langsung mengatakan bahwa saya menggunakan vaksin palsu. Saya saja baru dari BPOM, kenapa saya dibilang menggunakan vaksin palsu?" kata dokter itu.
Baca juga: Astaga! Dokter Tersangka Ini Beri Vaksin Palsu ke Anak Cucu
Dia yang saat itu belum mengetahui apa-apa pun curiga bahwa memang benar rumah sakit yang menjadi tempatnya bekerja itu menggunakan salah satu jenis vaksin palsu.
Menurut sang dokter, selama ini pihak rumah sakit membeli vaksin dari seorang rekanan yang biasa disebut sebagai pihak ketiga.
Namun, jenis vaksin yang palsu itu belum sempat beredar ke masyarakat. Dokter itu pun mulai menjelaskan satu per satu kepada orangtua pasien yang mendatanginya.
Ada juga yang sampai memarahi dia, tetapi pria paruh baya itu tetap berusaha memberikan penjelasan terbaiknya dan memastikan tidak ada anak-anak yang terdampak vaksin palsu tersebut.
Kemarahan dan kepanikan orangtua pasien terus berlanjut hingga keesokan harinya, Jumat (15/7/2016).
Sang dokter menuturkan, sebagian besar orangtua pasien yang sudah menerima penjelasan, terlihat lebih tenang.
Tetapi, tidak lama kemudian, tepatnya pada Jumat sore, ada beberapa orangtua pasien lagi yang mendatangi dokter itu.
Salah satu orangtua pasien terlihat emosi dan langsung memukul serta memperlakukan sang dokter dengan kasar.
"Pas saya keluar, ada orang emosi memukul saya. Saya dipukul dan diludahi. Saya terima (perlakuan) itu. Saya tahu dia sempat cerita kalau anaknya anak tunggal dan dia juga susah dapat anak," tutur sang dokter.
Dokter tersebut enggan menjelaskan lebih lanjut apakah dia melaporkan hal yang dialaminya ini kepada kepolisian.
Ketika Kompas.com mengajak berbincang lagi, dokter itu mulai terdiam sambil menangis.
"Nanti saja lagi (tanyanya), nanti saja ya," ucap dia.
Pihak rumah sakit kini sedang fokus untuk mendata pasien mereka dalam rangka melaksanakan vaksin ulang.
Para dokter di sana juga masih menunggu arahan lebih lanjut dari Kementerian Kesehatan untuk menyikapi peredaran vaksin palsu.
Andri Donnal Putera / Kompas.com