10 Negara di Dunia yang Menerapkan Sistem Full Day School

By Ade Ryani HMK, Kamis, 11 Agustus 2016 | 08:45 WIB
Murid di Taiwan memiliki jam belajar yang panjang (Ade Ryani HMK)

Baru-baru ini Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy menyampaikan gagasan sistem full day school untuk pendidikan dasar (SD dan SMP) di Indonesia, baik sekolah negeri maupun swasta.

Alasannya agar anak tidak sendirian ketika orangtua mereka masih bekerja dan mendapatkan pendidikan karakter yang maksimal. Meski wacana ini masih dalam pengkajian mendalam termasuk wilayah mana yang pantas diterapkan untuk sistem ini, reaksi keras banyak berdatangan dari orangtua murid, guru, dan pelajar.

Baca: Artika Sari Devi Stres Dengar Kebijakan “Full Day School”

Beberapa menganggap jam belajar yang panjang bisa membuat para murid stres. Banyak orangtua lalu khawatir akan waktu interaksi anak bersama keluarga berkurang. Begitu pula para guru yang keberatan karena mereka pun memiliki keluarga yang harus diurus, berikut beban profesi yang bertambah. Di sisi lain, ada pula yang mendukung gagasan ini agar anak tak terpapar efek negatif dari pergaulan.

Baca: "Full Day School" Jangan Dipaksakan di Semua Sekolah

Namun, tahukah Anda jika penerapan full day school ternyata sudah lama diterapkan di banyak negara maju? Dikutip dari sejumlah sumber, ini lah negara yang memberlakukan jam belajar panjang untuk para siswanya:

1. Singapura

Tak jauh dari Indonesia, di Singapura murid SD mulai bersekolah pada pukul 07.30-13.00. Sedangkan untuk murid SMP dan SMPA meski jam masuknya sama, mereka baru pulang sekolah pukul 16.00 atau pukul 18.00 jika ada kegiatan ekstrakulikuler. Negara ini terbilang kompetitif untuk sistem pendidikan warganya. Dari hasil tes PISA (literasi membaca dan matematika yang diberikan kepada siswa berusia 15 tahun), Singapura menduduki ranking pertama di dunia, mengalahkan negara-negara maju lainnya. Prestasi ini diikuti Hong Kong dan Korea Selatan.

2. Korea Selatan

Korea Selatan menerapkan jam berangkat sekolah mulai jam 08.00 sampai 13.00 untuk SD, untuk SMP jam 08.00 – 16.30 dan untuk SMA pulang bisa sampai jam 21.00.

3. China

Jam belajar yang panjang diterapkan untuk 3 tingkatan sekolah di China. Pada umumnya sekolah dimulai pukul 07.30 pagi hingga 17.00 sore. Bahkan, untuk murid SMA ada pula yang waktu belajarnya hingga pukul 22.00. Para murid sudah sangat terekspos teknologi sejak dini. Di usia SD mereka sudah terbiasa menggunakan perangkat komputer.

4. Jepang

Jepang memang telah menerapkan sistem ini sampai sekarang, dimana anak sekolah akan pulang sore hari seperti untuk tingkat SD pulang jam 13.00, SMP pulang jam 15.30 dan SMA pulang jam 19.00.

5. Inggris

Untuk anak SD sekolah jam 09.00 sampai 15.00, untuk sekolah usia 9-13 tahun belajar 08.40 sampai 15.30 dan usia 13-16 akan belajar sampai jam 15.15.

6. Amerika Serikat

Untuk anak SD mulai jam 08.40 sampai 15.15, SMP mulai jam 07.50 sampai 14.50 dan SMA mulai masuk jam 08.15 sampai jam 15.15.

7. Taiwan

Untuk anak SD muali sekolah jam 08.00 sampai 15.30, SMP pulang jam 17.00 dan untuk SMA pulang sekolah jam 19.50.

8. Spanyol

Meski waktu belajar tiap sekolah dan daerah berbeda-beda, secara umum sekolah di Spanyol dimulai pukul 09.00 pagi hingga 17.00 sore. Namun, para murid mendapat waktu istirahat sekitar 3 jam pada tengah hari. Setiap sekolah juga menyediakan makan siang meski para murid dipersilakan membawa bekal dari rumah. 9. Prancis

Umumnya, aktivitas sekolah di Prancis dimulai pukul 08.30 hingga pukul 16.30 sore dengan 2 kali waktu istirahat. Mereka diperbolehkan makan siang di kantin atau pulang ke rumah sebelum kembali melanjutkan pelajaran. Dengan 5 hari aktif di sekolah, sistem ini diterapkan pemerintah karena banyak anak yang kedua orangtuanya bekerja dan di sana tak ada supir atau ART yang bisa membantu orangtua mengantar anak sekolah hingga menemani mereka sepulang sekolah. 10. Jerman

Beberapa tahun terakhir, makin banyak sekolah di Jerman yang menerapkan jam belajar dari pukul 08.00 pagi hingga sore hari. Ketika gagasan full day school diterapkan, banyak kritik datang dari masyarakat. Namun, pemerintah beralasan nilai tes PISA murid Jerman tertinggal dibanding negara tetangganya. Faktor lainnya, untuk mengakomodir para orangtua bekerja agar bisa seimbang mengurus pekerjaan dan keluarga.