Curhat Si Kembar Yuliani - Yuliana

By nova.id, Kamis, 8 September 2016 | 06:36 WIB
Yuliana dan Yuliani (nova.id)

Jadi waktu itu, ada temannya Ani tiba-tiba datang ke saya, cerita panjang lebar, curhat gitu. Waktu itu saya sebenarnya mau bilang kalau saya Ana, bukan Ani, tapi enggak dikasih kesempatan. Dia nyerocos aja. Dia baru berhenti cerita pas Ani muncul. Agak kaget pas lihat Ani. Ha ha. Untungnya teman-teman saya tahu karakter saya yang bisa ramah dan senyum sama siapa saja. Jadi pas ketemu Ani dan nyapa Ani tapi dicuekin, mereka paham kalau itu bukan saya tapi kembaran saya. Saya juga orangnya serius dan enggak banyak ngomong.

Baca juga: Si Kembar Itu Kini Meraih Prestasi

Soal selera makan juga beda sih. Saya suka asin sedangkan Ani suka manis dan pedas. Kalau pergi ke tempat makan kami biasanya berbagi. Misalnya makan mie ayam bakso, nanti baksonya untuk saya, karena saya engga suka mie ayam, sedangkan Ani sangat menyukai mie ayam.

Minum juga berbeda. Kalau Ani cuma minum air putih setelah makan, aku biasanya selalu punya minuman pendamping seperti jus atau minuman manis. Ani lebih bergaya feminin sementara aku suka berpenampilan kasual.

Beda Cara Belajar

(Ani melanjutkan)

Aku dan Mbak juga bersaing soal akademis, tapi secara sportif. Aku lebih suka mata pelajaran Matematika, Fisika, Kimia dan Biologi. Mbak hobi membaca sedangkan aku kalau baca harus pelan-pelan. Mbak bisa membaca hanya dalam beberapa jam. Kalau belajar aku biasanya suka pake musik, sedangkan Mbak harus tenang dan damai. Kalau soal rangking, kami beda tipis sih. Aku ranking 3, Mbak rangking 5. Kalau aku ranking 5, Mbak ranking 7.

Semenjak kuliah, karena beda studi dan fakultas, jadi ya berbeda belajarnya. Aku masuk di Fakultas Kedokteran Andalas Padang, Sedangkan Mbak di Institute Pertanian Bogor. Tetapi kami saling bercerita dan berdiskusi mengenai ilmu kami masing-masing. Saat aku tengah koas, Mbak sudah ambil S2. Dan saat aku dinas di Puskesmas Seberang Padang, Mbak melanjutkan program doktoral ilmu nutrisi dan teknologinya di IPB.

Tentunya kami berdua saling membantu, mendukung dan berbagi info. Misalnya ada hasil penelitian mengenai protein yang Mbak share denganku, maka aku pun menceritakan hasilnya pada dunia medis dan kedokteran, kemudian kami berdiskusi. Tapi ada cerita sih kenapa Mbak akhirnya menjadi peneliti.

“Sebenarnya, dulu cita-cita saya juga ingin jadi dokter sama seperti Ani. Tapi saat tes masuk perguruan tinggi saya justru masuk di pilihan kedua, kimia dan biokimia yang tdak saya sukai. Sampai hari ini pun riset saya masih berurusan dengan ini. Ternyata apa yang tidak saya sukai justru didekatkan oleh Tuhan. Ini sudah salah jurusan sampai S3, kesalahannya fatal kan ya. Ha ha,” jelas Ana.

“Saya pikir ya sudah, menjalani sesuatu harus niat dari hati kan. Makin hari, usia bertambah, pola pikir juga berubah. Semakin tinggi ilmu yang didapatkan, pemikiran biasanya lebih terbuka. Enggak mungkin saya enggak suka terus kan.Ttidak kenal maka tidak sayang. Lama-lama saya suka. Biokimia itu biasanya dihindari semua orang, tapi ternyata biokimia bisa memberikan banyak dampak positif untuk masyarakat. Nah, dari situ saya mulai berpikir bahwa membantu orang itu tidak hanya dengan menjadi dokter seperti Ani tapi juga bisa dengan berbagai cara,” jawab Ana.