Tinggal di Rumah Kumuh, Hidup Nenek Sebatang Kara Ini Penuh Derita

By nova.id, Senin, 26 September 2016 | 04:18 WIB
Mbah Asmo, bertahun-tahun tinggal di rumah kumuh di Kampung Nambangan, Kelurahan Rejowinangun Utara, Kota Magelang (nova.id)

Setiap hari Mbah Asmo berjalan kaki pergi ke Pasar Rejowinangun yang berjarak sekitar 1,5 kilometer dari rumahnya untuk mencarai nafkah atau sekedar mencari hiburan.

"Bangun tidur pagi-pagi, lalu saya sembahyang, terus ke pasar jalan kaki, pulangnya kadang siang atau sore," katanya.

Baca juga: "Mereka 'Tidur' Bersama, Aku Sebatang Kara di Dunia..."

Mbah Asmo mengaku tidak ingin merepotkan orang lain. Ia juga tidak pernah meminta belas kasihan orang lain meski ia menyadari kehidupannya sangat memprihatinkan. Untuk makan sehari-hari saja tidak pasti apalagi jika harus memperbaiki rumah. Baju yang melekat ditubuhnya adalah satu-satunya pakaian yang ia miliki.

"Kadang-kadang enten sing maringi nggih kulo tampi (kadang ada yang memberi (makan) ya saya terima). Wingi enten sing maringi pelem niki (kemarin ada yang memberi mangga ini)," ujarnya sembari menunjukkan beberapa buah mangga di keranjang.

Menurut Mbah Asmo, selama ini belum ada bantuan dari pemerintah, baik bantuan kesehatan, beras, atau renovasi rumah. Apabila sakit, ia cukup membeli obat di warung.

Mbah Asmo mengaku pernah ada dermawan yang ingin membawanya ke panti jompo tapi ia menolak karena tetap ingin tinggal di rumah.

"Tidak mau saya, nang ngomah wae (di rumah saja)," tandasnya.

Sementara itu, Fatonah (57), tetangga Mbah Asmo, mengaku prihatin dengan kondisi Mbah Asmo saat ini. Dahulu saat masih ada suaminya, rumah tersebut pernah direnovasi dari bentuk gedeg (bambu) menjadi tembok bata.

“Itu sudah lama sekali dan sampai sekarang tidak pernah lagi direnovasi. Ambrolnya genteng rumah Mbah Asmo ini baru saja, sekitar 6 September 2016 dan sampai sekarang masih dibiarkan begitu saja,” tuturnya.

Ika Fitriana / Kompas.com