Orangtua seringkali merasa cemas jika melihat anak-anaknya lebih banyak belajar berhitung menggunakan alat bantu kalkulator. Mereka menganggap hal itu bisa berdampak buruk terutama dalam proses berpikir, bernalar, dan dalam penyelesaian soal pelajaran.
Namun, seiring dengan kemajuan teknologi, ternyata kalkulator dikatakan berfungsi sebaliknya. Dapat merangsang kecerdasan anak.
Dalam acara Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP)Matematika yang diselenggarakan oleh CASIO, Prof. Dr. ret. Nat. Widodo, MS selaku Guru Besar Departemen Matematika, Universitas Gadjah Mada menjelaskan, bahwa penggunaan kalkulator canggih yang diciptakan saat ini dapat membuat anak-anak sekolah menjadi lebih pintar.
Namun hal ini tergantung pada cara pemecahan masalahnya.
“Jadi memang, penggunaan kalkulator untuk menghitung permasalahan sederhana seperti perkalian, pembagian kami tidak merekomendasikan. Hal ini karena tanpa menggunakan kalkulator pun contoh kasus tersebut dapat diselesaikan dengan mudah tanpa alat bantu,” ujarnya saat ditemui di SMK Negeri 57 Jakarta.
Tapi, ia merekomendasikan penggunaan kalkulator sebagai alat untuk eksplorasi atau investigasi matematika.
“Dalam hal ini, kasus soal yang dicari adalah model eksplorasi atau investigasi, dan ini memang dapat meningkatkan daya nalar dan berpikir anak-anak,” ungkapnya menjelaskan.
Baca: Investasi Masa Depan, Ini Untungnya Membesarkan Anak dengan Dua Bahasa
Menurut Widodo, yang dimaksud dengan eksplorasi matematika adalah sebuah proses mencari hal yang dituju yang dilakukan melalui proses perhitungan panjang.
Menurutnya di sinilah peran kalkulator untuk menyelesaikan soal eksplorasi dapat meningkatkan kecerdasan anak-anak karena secara tidak langsung mengajak anak-anak untuk bernalar dan berpikir lebih panjang.
Penggunaan kalkulator eksplorasi ini juga digunakan untuk mengetahui perhitungan yang sangat sulit, dimana tidak bisa dipecahkan secara manual.
Baca: Ullcok Menghitung Seperti Kalkulator, Ini Komentar Profesor Matematika di Inggris
Namun, sayangnya jika mendengar kata matematika, bagi setiap anak sekolah di Indonesia adalah sebuah hal yang mengerikan.
Bahkan, para mahasiswa di perguruan tinggi terkemuka pun masih tetap merasa takut dengan bidang ini.
Padahal, jika mau belajar, orang yang memahami konsep matematika dapat menjadi jenius. Menurut Profesor Widodo, salah satu penyebab rendahnya peringkat matematika Indonesia di dunia adalah karena anak Indonesia tidak diajarkan mengenai matematika konsep.
“Jadi, kurikulum di Indonesia untuk matematika masih berbasis pada soal multiple choice. Soal-soal yang mudah. Dan hal ini lah yang terkadang menjadikan anak menjadi mengira-ngira jawaban apa yang benar tanpa tahu prosesnya.”
Padahal, tambahnya, “Belajar matematika itu kan tujuannya agar anak-anak dilatih melalui sebuah proses penyelesaian masalah agar cerdas nantinya.
Laili Ira Maslakhah/NOVA