Menepis Kondisi Bosan '7 Year Itch' dalam Rumah Tangga

By nova.id, Minggu, 21 Mei 2017 | 06:15 WIB
Menepis kondisi bosan '7 year itch' dalam rumah tangga, bagaimana caranya? (nova.id)

Shinta menatap iri pada sobatnya yang baru saja merayakan hari pernikahan ke-5.  “Kok, kalian tetap mesra dan harmonis, sih. Apa rahasianya?” tanya Shinta pada Mita penasaran. Lalu, Mita pun bercerita kalau suaminya sebenarnya tak ingat hari ulang tahun pernikahan mereka.

“Tapi, aku yang selalu mengingatkan beberapa hari sebelum ulang tahun. Nah, barulah kami merayakan, entah saling memberi kado atau makan bersama di tempat kami pertama ketemu dulu,” jelas Mita dengan mata berbinar. “Jadi, tak mesti di tempat mewah.”

Apa yang dilakukan Mita benar adanya, kemesraan antara pasutri harus selalu dipupuk untuk menghindari kebosanan. Kebosanan biasanya dialami pasutri atau dalam istilah psikologi disebut The 7 Year Itch. Pernah mendengarnya?

Dalam dunia psikologi The 7 Year Itch berarti hilangnya rasa cinta dan rasa romantis pada pasangan suami isteri setelah menjalani hidup perkawinan selama tujuh tahun. Setelah 7 tahun hidup serumah, masing-masing pihak merasa ada ‘kegatalan’ dalam rumah tangga yang ingin digaruknya.

Baca: Hati-hati, Inilah Usia Rawan dalam Pernikahan!

Perlu Pupuk

Menurut Retno IG Kusuma, Dra, Psikolog, NLP Pract., di dalam psikologi ada titik kejenuhan dalam perkawinan yang mayoritas dialami pasutri.

“Titik rawan pernikahan ada di tahun ke-2, 7, 15, dan 20 tahun. “Bahkan setelah 15 tahun ada rute 5 tahunan pernikahan. Jadi, usia pernikahan 25 tahun (atau disebut kawin perak) pasutri bisa bercerai.”

Mengapa? Karena mereka tidak paham titik-titik pada pernikahan.

“Saat pasutri sudah bisa meraih 2 tahun pertama pernikahan berarti rumah tangga tersebut relatif aman. Biasanya di awal pernikahan pasutri mengalami adaptasi dulu.”

Dalam rumah tangga pasti ada kendala seperti kebosanan, pertengkaran atau ketidakpahaman karena dua sifat disatukan dalam sebuah pernikahan. “Kunci yang paling utama adalah komunikasi dan komitmen pernikahan agar awet selamanya.”

Baca: 3 Kondisi yang Membuat Pria Bertekuk Lutut Pada Istrinya

Titik rawan selanjutnya adalah tahun ke-7.

“Di tahun ini pasutri biasanya sudah memiliki anak kedua, banyak aktivitas dari sisi pekerjaan, dan kegiatan sehari-hari dalam rumah tangga. Akibatnya, lupa menjalin hubungan dengan pasangan. Ibarat tanaman, rumah tangga pun perlu pupuk agar tetap subur.”

Karier pun sedang dikejar setinggi mungkin, sehingga lupa ada yang harus dipikirkan selain diri sendiri yaitu keluarga.

“Di tahun inilah orang ketiga bisa saja masuk, namun sangat tergantung di 2 tahun pertama pernikahan. Apakah saat itu kondisinya sudah bagus dan ada komunikasi yang baik. Jika berjalan mulus maka tidak perlu merisaukan berapa pun usia pernikahan.”

Namun, sebaliknya, jika dua tahun pertama tidak berjalan mulus dan ada gangguan maka pasutri bisa mengalami kebosanan dan kejenuhan.

“Terkadang di saat itulah, orang senang jika mendapat perhatian dari orang lain. Misalnya, ketemu dengan mantan pacar di sebuah reuni. Kenangan lama pun kembali muncul.”

Hal inilah yang harus diwaspadai dan dikhawatirkan karena jika dibiarkan akan berkembang menjadi perselingkuhan. “Namun, jika memiliki pondasi dan komunikasi yang baik tidak perlu khawatir pernikahan akan mengalami masalah.”

“Pondasi yang kuat akan membuat pasutri aman dari guncangan. Kalaupun ujiannya adalah bertemu mantan pacar, itu adalah cerita lama yang tak perlu dikhawatirkan lagi. Masa lalu tak perlu dicemburui karena sama-sama saling memiliki.”

Baca: Tetap Mesra Meski Menikah Bertahun-tahun? Coba 5 Hal Ini untuk Usir Rasa Bosan

Pernikahan yang rawan dan perlu diwaspadai jika salah satunya dalam kondisi tidak kokoh. “Jadi begitu melihat mantan pacarnya yang jadi ganteng setelah sekian lama tidak bertemu, atau mendapat perhatian dari mereka, kemudian ada ketertarikan inilah yang perlu diwaspadai.”

Kondisi seperti ini, tak hanya dialami istri yang bekerja saja, istri tidak bekerja pun bisa mengalami hal yang sama. “Misalnya, mengantar anak ke sekolah ketemu dengan bapak-bapak yang juga mengantar anak. Saat mengobrol bisa terjalin kecocokan karena saling memahami,” kata Presiden Director Pradnyagama Bali ini.

Ngobrol 15 Menit  

Tanda-tanda pernikahan perlu diwaspadai adalah munculnya emosi yang lebih besar, perasaan bosan, dan menurunnya ketertarikan seksual. “Misalnya, karena bosan saat tidur saling membelakangi punggung. Seharusnya, kan, pasutri tetap bergairah dan semangat di usia pernikahan berapa pun.”

Selain itu, tanda-tanda yang lain adalah tidak saling bertanya sedang ada di mana, apakah sudah makan atau belum. “Salah satu yang menjadi pemicu kerawanan hubungan ini adanya gadget,” jelas Retno.

Jika komunikasi yang harus dilakukan, caranya dengan menyisihkan waktu 15 menit tiap hari untuk mengobrol. “Jangan sampai pasutri malah asyik dengan dunia sendiri. Ngobrol bisa dilakukan saat makan pagi, siang, malam atau menjelang tidur. Terserah seperti apa kebiasaan masing-masing keluarga.”

Atau jika pasutri bekerja, ngobrol bisa dilakukan dalam perjalanan pulang kerja dan saat menjemput anak. “Tema obrolan bisa beragam, mulai dari bercerita tentang aktivitas masing-masing. Sehingga tetap ada kedekatan emosional.”

Baca: Apakah Anda Memenuhi 15 Tanda Pernikahan Bahagia Ini?

Kejutan Kecil

Retno pun membagi tips agar pernikahan tetap hangat salah satunya dengan merayakan hari pernikahan. “Perayaan tak hanya dilakukan berdua saja, tapi juga melibatkan anak-anak. Tujuannya untuk mengingatkan meski sudah memiliki anak perasaan cinta harus tetap menyala.”

Tips lain adalah memberikan kejutan, misalnya memberi hadiah seperti dulu di masa pacaran entah itu berupa cokelat, boneka atau hadiah lain. “Meskipun sudah lama menikah, siapa, sih, yang tak senang dikasih hadiah? Pasti akan selalu senang kalau diperhatikan dan diberi kejutan.”

Hadiah atau kejutan tersebut, tidak perlu mahal atau besar. “Bahkan sebatang cokelat saja sudah mampu membuat pasangan senang dan berbunga-bunga. Cobalah ingat-ingat, bukankah di awal pacaran sering memberi hadiah seperti itu.”

Jangan sampai setelah menikah merasa tidak perlu saling memberi lagi. “Romantisme harus tetap menyala dan dijaga. Jangan sampai malah orang lain yang lebih memerhatikan, lama kelamaan pasangan malah masuk dalam titik waspada tadi, lo.”

Baca: Rahasia Pernikahan Langgeng dari Kisah Pasangan Suami Istri Tertua di Dunia

Sekali-kali kirimkan juga SMS mesra, seperti mengajak makan bersama, kencan atau banyak lainnya. “Adanya perhatian lebih dari pasangan akan membuat pasangan diperhatikan atau merasa dibutuhkan. Kalau ada bujet berlebih bisa mengajak pasangan berlibur."

Bahkan, ”Jika pasangan cuek, salah satu harus memulainya lebih dulu, tak usah malu untuk mengungkapkan. Apabila terus menerus dilakukan, pasti pasangan lama-lama akan menyadari dan tidak akan bersikap cuek lagi.”

Jika masih ada reaksi dari pasangan artinya masih ada cinta. “Namun, kalau salah satu pasangan malah risi maka perlu diwaspadai. Bisa jadi ada orang lain (ketiga). Tapi, hal ini jangan sampai membuat paranoid.”

Perbanyak juga saling berpelukan, pegangan tangan saat jalan, dan banyak bercanda. “Saat menyebrang jalan tetap menggandeng tangan pasangan. Jika pasangan tidak melakukan, Andalah yang memegang tangannya.”

Jangan selalu menuntut orang lain yang harus melakukan. “Anda pun bisa memulainya duluan. Pasangan akan merasa dihargai dan merasa masih dibutuhkan. Sehingga pernikahan bisa dipertahankan sampai kapan pun, menyelamatkan pernikahan yang tadinya mengalami kebosanan,” tandas Retno.

Noverita K.Waldan/NOVA