Tak sedikit lembaga kursus juga sekolah terutama jenjang TK/Kelompok Bermain, yang menawarkan kelas percobaan bagi para calon anak didik. Umumnya, masa trial ini berlangsung sekitar 1-3 sesi pertemuan atau bahkan ada juga yang memberikan rentang waktu 1-3 minggu.
Lalu, apa saja materi/hal-hal yang diberikan pada anak pada kelas percobaan ini?
Menurut Budiman Hadi Pranoto M.Psi., Psikolog, CGA., CGI, Konselor dan Kepala Bagian Konseling di IPEKA Counseling Center, secara umum materi yang diberikan tidak berbeda dengan kelas yang nantinya akan diikuti anak.
Gunanya agar betul-betul tergambarkan dengan situasi dan kondisi yang sesungguhnya.
“Hanya saja, ada beberapa lembaga yang memberikan materi khusus agar orangtua dan anak mendapatkan lebih banyak gambaran/pengalaman singkat terkait keseluruhan kurikulum yang akan diberikan.”
Budiman mengatakan, ada beberapa tujuan dalam program kelas percobaan ini, di antaranya adalah:
1. Sebagai upaya promosi lembaga pendidikan tersebut.
2. Sebagai pengenalan kurikulum yang ada di lembaga pendidikan itu apakah sesuai dengan minat dan kemampuan anak.
3. Memberi waktu pada anak untuk mengenal lingkungan dan mendapatkan pengalaman di lembaga tersebut, termasuk dengan guru/karyawan dan sarana prasarana yang tersedia di sana.
4. Memberikan kesempatan pada anak untuk beradaptasi di lingkungan yang baru. Anak juga mengenal aturan yang berlaku serta aktivitas apa saja yang terdapat pada lembaga pendidikan itu.
5. Memudahkan dan meringankan biaya orangtua untuk memindahkan anaknya bila setelah mengevaluasi dan melakukan pengamatan ternyata sang buah hati tak sesuai atau tak merasa nyaman berada di lembaga pendidikan itu.
6. Setelah masa trial, orangtua juga dapat memberikan masukan, kritik, ataupun evaluasi kepada pihak sekolah.
7. Bagi pihak lembaga pendidikan, masa trial ini membantu mereka untuk memberi evaluasi apakah anak cukup sesuai dan mampu untuk mengikuti kurikulum sekolah tersebut, serta akan ditempatkan di level yang mana.
Baca: 5 Langkah Sederhana Deteksi Kecerdasan Anak
Indikator Penting
Selanjutnya ada tiga indikator untuk menentukan hasil dari kelas trial:
- Kemampuan anak. Misalnya, bagaimana kemampuan fisik anak jika lembaga tersebut adalah sekolah/kelas menari. Kemampuan berhitung, jika kelas itu adalah kursus matematika. Kemampuan bahasa jika terkait kursus bahasa. Kemampuan calistung bila lembaga itu bertujuan mempersiapkan masuk sekolah, dan sebagainya.
- Potensi kecerdasan anak terkait dengan kurikulum sekolah atau kursus akademik. Apakah kurikulum yang ada terlalu sulit atau mudah untuk diikuti, serta sesuai dengan kondisi anak?
- Kematangan perkembangan anak jika berhubungan dengan persiapan sekolah untuk masuk TK/SD. Perkembangan ini bisa mencakup perkembangan bahasa, motorik, sosial, dan lainnya.
Keuntungan Trial
Secara umum, kelas percobaan ini boleh dibilang hampir tidak ada minusnya. Kerugiannya lebih kepada waktu yang diperlukan untuk mengikuti kelas percobaan ini. Sementara keuntungannya adalah:
Tidak ada risiko kehilangan biaya atau harus mengeluarkan sejumlah uang. Bila anak tak sesuai dengan program, kurikulum atau kegiatan yang ditawarkan, Anda tak perlu membayar.
Meminimalkan “membeli kucing dalam karung”. Maksudnya, anak akan lebih mendapatkan kesempatan untuk mengenal sarana prasarana, kurikulum, dan aturan yang ada di sekolah.
Mengurangi anak mengalami risiko stres dan dampak negatif lainnya bila kemampuannya tidak sesuai dengan kurikulum yang diberikan. Ketika potensi anak tidak sesuai dengan kurikulum yang diberikan, orangtua juga bisa stres. Selain itu, anak juga dapat menjadi kurang bersemangat dan tidak percaya diri.
Mengurangi risiko kehilangan waktu bila anak telanjur masuk dan mengikuti kegiatan berdasarkan kurikulum pada lembaga tersebut. Padahal sebenarnya kemampuan anak tidak sesuai dengan level pendidikan di sana, sehingga ia tak perlu mengulang dari awal kembali.
Baca: Wajib Tahu, Ini Ciri Anak yang Bahagia di Sekolahnya
Lantas bagaimana bila hasil kelas trial menunjukkan anak tidak direkomendasikan mendaftar ke sekolah tersebut? Biasanya yang diukur adalah kesesuaian antara potensi dan kemampuannya terhadap kurikulum yang ada.
Misalnya, hasil evaluasi menunjukkan, kemampuan anak diprediksi akan sulit untuk mengikuti kurikulum yang ada. Faktor lainnya, dapat saja pihak orangtua yang menilai kurang sesuai/tidak puas dengan sarana dan prasarana, serta lingkungan lembaga pendidikan tersebut.
“Jadi, orangtua juga sebaiknya tidak keukeuh mendaftarkan ke sekolah/les tersebut. Pasalnya, sudah menyadari akan berbagai risiko yang dapat timbul seperti tinggal kelas, anak frustasi, stres, atau anak ketinggalan pelajaran.”
Baca: Nilai Akademis Tak Selalu Menentukan Kesuksesan Anak
Yang Harus Dipahami Sebelum Trial
- Orangtua perlu mengamati dengan detail terkait sarana, prasarana, aturan dan kurikulum yang ada di sekolah.
- Orangtua perlu banyak bertanya dan diskusi dengan guru/karyawan sekolah yang ada untuk mengetahui lebih banyak terkait program yang ada di sekolah tersebut.
- Orangtua perlu mengamati kemampuan dan potensi anak apakah sesuai dengan kurikulum yang diterapkan.
- Orangtua perlu mengamati dan mengenali lingkungan sekolah, misalnya komunitas orangtua dananak-anak di lembaga pendidikan tersebut
Hilman Hilmansyah/NOVA