Cerita Ketabahan Seorang Anak TKW

By nova.id, Rabu, 2 November 2016 | 10:18 WIB
Inilah kondisi rumah tempat tinggal Miftahul Dwi Khasanah, anak TKW asal Ponorogo yang meninggal dunia ditabrak pemotor (nova.id)

Kematian Miftahul Dwi Khasanah, siswi kelas II SMP Maarif Ponorogo, akibat ditabrak sepeda motor menuai simpati banyak orang.

Tak hanya warga sekitar Ponorogo, uluran bantuan masih terus bergulir dari berbagai daerah meski tim donasi sudah menutup penerimaan bantuan sejak tadi malam.

Miftah, panggilan anak kedua pasangan Pujo Kastowo dan Samini Indrawati, ini menjadi trending topic media sosial dan perbincangan di warung kopi setelah tewas ditabrak siswa SMK PGRI II Ponorogo di Jalan Niken Gantini, Kelurahan Singosaren, Ponorogo, Selasa (25/10/2016).

Dia menjadi buah bibir banyak orang lantaran kehidupannya yang serba kekurangan sejak ditinggal ibunya bekerja ke luar negeri delapan tahun silam.

Bersama bapak dan adiknya, Jofi, Miftah tinggal di rumah berdinding bambu berukuran 6 kali 5 meter. Di dalam rumahnya, Miftah tidur di kasur lusuh bersama adiknya. Sementara itu, bapaknya tidur beralaskan tikar.

Agar tidak dicuri atau hilang, setiap malam, dua ekor kambing betina milik Pujo juga ikut dimasukkan ke rumah dan tidur bersama mereka. Maka dari itu, tak heran bila banyak ditemukan kotoran kambing di berbagai tempat di rumah itu.

Mirisnya lagi, saat hujan lebat tiba, atap rumah banyak yang bocor dan tiupan angin membawa air masuk ke rumah.

Untuk buang air, Miftah harus pergi ke kebun lantaran mereka tak memiliki kamar mandi. Biasanya, untuk mandi, bapaknya menimba air dengan kaleng bekas cat.

"Kalau Miftah mandi, saya dan adiknya keluar dari rumah, sedangkan saya sering mandi di sungai dan adiknya," kata Pujo.

Peristiwa naas dialami Miftah terjadi saat ia pulang menggunakan sepeda ontel menuju rumahnya usai mengantar teman sekolahnya di Perumahan Singosaren, Ponorogo.

Saat menyeberang jalan raya, tiba-tiba, muncul sepeda motor Suzuki FU yang dikemudikan FD. Tabrakan pun tak dapat dihindari.

Miftah roboh ke jalan aspal dan kepalanya bersimbah darah. Sehari kemudian, Miftah mengembuskan napas terakhirnya di RSU Madiun sebelum sempat dioperasi kepalanya lantaran mengalami pendarahan di bagian otak.

Pujo yang mendapatkan kabar anaknya ditabrak dan masuk rumah sakit langsung shock.

Selain menjadi anak yang mandiri, Miftah sering membantu bapaknya mengantar ke pelanggan-pelangannya yang membutuhkan pijat badan.

Tak hanya itu, sosok Miftah banyak memberikan semangat bagi Pujo setelah istrinya Samini Indrawati delapan tahun tanpa kabar pergi merantau menjadi TKW di Malaysia.

"Sejak berangkat delapan tahun tepatnya tahun 2008, istri saya tidak memberikan kabar dan kiriman apa pun kepada kami," kata Pujo  di kediaman saudaranya, Selasa ( 1/11/2016) sore.

Istrinya baru menelepon tiga hari setelah Miftah dikuburkan. Tak banyak omongan yang dilontarkan Samini saat menelepon suaminya, Pujo.

"Dia hanya menanyakan kabar anak-anaknya, lalu menangis. Katanya nanti akan pulang ke Ponorogo setelah 40 hari meninggalnya Miftah," ujar Pujo.

Sebelum Miftah meninggal, Pujo tak memiliki firasat atau mimpi buruk tentang anak perempuannya itu. Hanya, beberapa hari sebelumnya, saat mencuci pakaian Miftah, dia menemukan secarik kertas yang dilipat.

"Setelah saya buka, ternyata tulisan curahan hati Miftah yang merindukan kasih sayang seorang ibu. Sebagai seorang anak yang memiliki orangtua, Miftah juga menginginkan kasih sayang ibu yang dirasakan oleh teman-teman sekolahnya. Kondisi itu sangat dirasakan anak saya lantaran Miftah mulai ditinggal ibunya bekerja ke Malaysia dalam usia lima tahun," kata Pujo.