Lempan (65), seorang nenek di Dusun Lemo Baru, Desa Kuajang, Kecamatan Binuang, Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat, mendirikan gubuk di tengah hutan berukuran 2,5 meter x 3 meter karena tak punya lahan.
Di gubuk ini, Lempan tinggal bersama tiga cucunya. Di usianya yang renta, Lempan merawat ketiga cucunya, yakni Rambu (9), Bunga (5) dan Novianti (4).
Gubuknya dibangun dari kayu bekas dan ranting yang didapatkan dari hutan. Hanya ada beberapa piring dan panci tua. Tak ada kasur. Pakaian Lempan dan cucu-cucunya dibiarkan berserakan di lantai bambu rumahnya. Sebagian bergelantungan di dinding.
Menurut sang nenek, dia merawat ketiga cucunya sejak masih bayi berusia delapan bulan. Ketiga cucunya telah menjadi anak yatim. Ibunya telah lama meninggal dunia karena jatuh sakit, sedangkan sang ayah entah pergi entah ke mana. Ibunya menitipkan ketiga anaknya kepada sang nenek.
Selama ini, dia mendapat jatah raskin. Semula hanya dua liter per triwulan, kini sudah 10 liter per triwulan. Namun, Lempan mengaku beras tersebut tidak cukup untuk kebutuhan mereka. Terkadang, dia mengolah jagung dan ubi kayu pemberian warga untuk cucu-cucunya.
Baca juga: Pria Ini Cabuli Anak 11 Tahun Di Sebuah Gubuk
Untuk bisa membeli beras tambahan, sang nenek terpaksa mencari kayu di hutan. Per ikat dijual Rp 3.000.
“Saya hanya jualan kayu bakar di pasar. Sebelum dijual dipotong-potong dan dibelah terlebih dahulu. Hasilnya dibelikan beras,” ujar Lempan saat ditemui di rumahnya.
Ketiga cucunya kerap membantu sang nenek mengumpulkan ranting atau pohon kayu. Untuk menjual kayu bakar setiap hari, Lempan harus berjalan kaki sekian kilometer sambil menjunjung setumpuk kayu bakar dari gubuk ke pasar atau berkeliling kampung.
Jika kayu bakarnya tak laku, Lempan kerap menitipkan kayu bakar miliknya di pasar untuk dijual keesokan harinya. Hasil jualan kayunya langsung dibelikan beras atau lauk pauk.
Ketiga cucunya bersekolah. Cucu pertama duduk di bangku kelas tiga sekolah dasar, sementara kedua adiknya masih duduk di sekolah PAUD.
Dia juga mengaku, telah mendapatkan Kartu Indonesia Sehat (KIS) dan Kartu Indonesia Pintar (KIP) dari pemerintah. Namun, Lempan menuturkan, baru beberapa kali menerima bantuan KIP, jumlahnya pun tidak tetap.