Mendebarkan, Nenek 64 Tahun di Semarang Selamatkan Diri dari Longsor Sambil Gendong Cucu

By nova.id, Jumat, 18 November 2016 | 04:31 WIB
Suasana kehidupan keluarga Suratman setelah rumahnya tertimpa longsor di Lempongsari (nova.id)

Hujan deras cukup lama yang menerjang Kota Semarang pada Selasa (15/11) menyebabkan longsor di lima titik.

Peristiwa itu tidak menelan korban jiwa, tetapi sejumlah rumah rusak tertimpa longsoran.

Kelima titik longsor di Kota Semarang berada di Lempongsari dua kejadian, sedangkan tiga kejadian lain tercatat di Deliksari, Tegalsari, dan Randusari.

Longsor di Lempongsari, Kelurahan Lempongsari, Kecamatan Gajahmungkur, Semarang terjadi di RT 02 RW 03 dan RT 03 RW 03. Longsor di RT 02 menyebabkan rumah Suratman rusak di bagian belakang lantaran tertimpa talut dan sebuah batu besar.

Suratman menceritakan, longsor terjadi sekitar pukul 13.30. Kala itu, ia beserta istri sedang berada di dalam kamar yang jaraknya hanya lima meter dari lokasi batu besar.

"Waktu itu hujan deras. Saya sama istri sedang di kamar. Tiba-tiba ada bunyi keras dari belakang rumah. Saya sama istri lari, bahkan sempat tersandung," ujarnya, Rabu (16/11).

Baca juga: Longsor Sumedang, Sang Istri Peluk Suami Sebelum Tertimbun Lumpur

Pantauan Tribun Jateng, batu besar dengan diameter sekitar 2 meter menimpa rumah Suratman. Batu itu menerjang tembok rumah dan menghancurkan perabot rumah tangga di rumah itu. Istri Suratman, Sumarni (64), mengira suara gemuruh itu adalah suara petir.

"Saya kira gluduk (petir-Red). Gluduk kok kayak gitu ya mbah (Suratman-Red)," tukasnya.

Dengan kondisi setengah sadar, dia menambahkan, tembok rumahnya saat kejadian seperti ditraktor hingga jebol. Saat keluar kamar, ia pun tiba-tiba melihat ada batu besar.

"Saya langsung menggendong cucu yang berumur 18 bulan, dan menggandeng suami saya, malah saya sempat terjatuh. Tembok ambruk dan menutup ruangan," tuturnya.

Sebelum kejadian, Sumarni sebenarnya berencana akan mencuci baju di kamar mandi, kemudian memasak di dapur yang terletak di belakang rumah. Akibat kejadian itu, niatnya pun dibatalkan.

"Saya berniat nyuci pukul 14.00. Terus ada suara petir. Saya lihat genteng dan tembok dapur sudah roboh seperti ditraktor," ujarnya.

Sumarni menuturkan, batu besar yang menimpa rumahnya itu sebelumnya memang sudah terlihat menggantung, tetapi tersangga oleh pohon besar. Pohon tumbang terlebih dahulu sejak satu tahun yang lalu.

"Saya awalnya juga tidak mengira (bakal ambrol-Red). Batu terlihat bergelantungan. Air keluar dari batu. Pondasi rumah juga bahaya. Air keluar di batu sudah lama," jelasnya.

Akibat terjangan batu besar itu, Suratman dan keluarganya kini harus tidur di teras rumah dengan beralaskan kardus bekas.

Hermawan Handaka / Tribunnews