Hilang 9 Hari, Perempuan Ini Ditemukan dengan Kondisi Memprihatinkan

By nova.id, Senin, 21 November 2016 | 06:09 WIB
Supadi (68), warga yang sembilan hari hilang di hutan, akhirnya ditemukan dalam kondisi selamat meski sekujur tubuhnya banyak luka, (nova.id)

Mustakim (20) nyaris tak dapat mengenali ayahnya lagi, Supadi (68), saat ditemukan warga di gunung Mliwis, setelah hilang 9 hari  dari desa Ropoh, Kepil, Wonosobo, Jawa Tengah.

Kondisi Supadi kala itu memprihatinkan. Fisiknya telah berubah drastis. Wajahnya kusut badan kurus, pipinya cekung. Tubuhnya seperti tak berdaging. Pada betis kaki dan lengannya, terdapat bekas luka gores.

"Saya tidak tega melihat ayah saya saat pertama kali ditemukan. Sudah seperti tinggal tulang dan kulit," katanya, Minggu (20/11).

Supadi sempat menghilang bersamaan dengan insiden penyerangan babi hutan terhadap empat warga Desa Ropoh beberapa waktu lalu.

Mustakim kebingungan saat mengetahui ayahnya tak pulang ke rumah saat itu. Pikirannya semakin tak karuan lantaran ayahnya menghilang bersamaan dengan musibah warga desa yang menjadi korban terkaman babi hutan berukuran besar.

"Kami khawatir sekali, ayah menghilang setelah babi menyerang warga," katanya

Baca juga: Gadis Belia Menghilang dari Rumah, Diduga Jadi Korban Penculikan

Insiden penyerangan babi hutan dan menghilangnya Supadi saat itu membuat desa Ropoh geger. Hari itu juga, Mustakim memutuskan untuk mencari keberadaan ayahnya di hutan.

Tangannya sambil menenteng golok guna berjaga diri, juga untuk menikam babi yang membuatnya resah.

Ratusan pria desa turut melakukan pencarian terhadap Supadi, termasuk berburu babi hutan yang telah melukai dan membunuh warga desa. Mereka berbekal senjata tajam berupa golok, pedang dan tombak.

"Hampir seluruh warga desa kompak ikut mencari ayah saya ke hutan. Sekaligus berburu babi hutan,"katanya

Aparat Kepolisian yang mendapati laporan ada warga yang hilang ikut terjun melakukan proses pencarian.

Tak tanggung-tanggung, Kasubag Humas Polres Wonosobo AKP Agus Supriyono mengatakan, Polres Wonosobo mengerahkan kekuatan maksimal dengan menerjunkan sekitar 30 personil dari empat Polsek sekaligus, yakni Polsek Kalikajar, Polsek Sapuran, Polsek Kertek dan Polsek Kepil, mencari warga yang hilang di hutan.

Pihaknya bersama warga Ropoh melakukan penyisiran di hutan yang berbatasan dengan desa tersebut selama sembilan hari.

"Syukur setelah dilakukan pencarian selama beberapa hari, warga yang hilang akhirnya ditemukan selamat," katanya.

Setelah sembilan hari menghilang, Supadi akhirnya ditemukan di hutan Mliwis Wonosobo oleh seorang warga dari Kecamatan Kajoran, Magelang, yang saat itu tengah mencari rebung di hutan.

Saat ditemukan, kondisi Supadi sangat mengenaskan. Ia terbaring lemas di antara semak. Wajahnya pucat, tubuhnya layu.

Supadi sudah susah menggerakkan badan. Ia hanya mampu bersuara lirih mengharap pertolongan.

"Saat ditemukan, kondisinya sangat memprihatinkan. Beliau kemudian ditandu untuk mendapatkan pertolongan,"ujarnya

Setelah beberapa hari menjalani perawatan di rumah, kondisi Supadi kini berangsur membaik, meski luka goresnya belum sepenuhnya pulih. Badannya sudah agak berisi.

Supadi menceritakan saat ia menghilang, mulanya ia tengah mencari rumput di hutan, tak jauh dari desanya. Rumput telah terkumpul, lalu ia pikul pulang.

Namun, di tengah perjalanan menuju rumah, ia teringat parang dan capingnya masih tertinggal di hutan.

Ia lalu memutuskan kembali ke hutan untuk mengambil perlengkapannya yang tertinggal. "Saya nggak tahu kenapa tiba-tiba lupa jalan pulang. Akhirnya saya kesasar," ujarnya

Tersesat selama 9 hari di hutan membuat Supadi nyaris kehilangan daya. Tak ada sumber makanan yang bisa ia telan.

Untuk bertahan hidup, Supadi mengaku hanya mengandalkan air curug di tengah hutan. Dengan sisa tenaga, ia terus berusaha mencari jalan kembali ke desa.

Perjalanan Supadi mencari jalan pulang berakhir di hutan Mlawis yang berbatasan dengan Kabupaten Magelang. Tubuhnya yang sudah tua akhirnya tumbang dan tak sanggup lagi melanjutkan perjalanan.

"Saya tidak makan, hanya minum air curug di hutan. Saya lihat ada pisang matang di pohon, tapi tidak bisa mengambil," ujarnya.

Khoirul Muzakki/ Tribunnews