Marisa Tumbuan, Bisnis Preloved Bermodal Passion

By nova.id, Minggu, 27 November 2016 | 05:30 WIB
Marisa Tumbuan (nova.id)

Perempuan cantik kelahiran Jakarta, 22 November, ini memilih menekuni bisnis preloved alias menjual barang bekas branded. Istri dari Aditya Tumbuan yang juga sukses menggelar Irresistable Bazar (IB) ini memilih menekuni bisnis preloved setelah malang melintang mencoba berbagai jenis pekerjaan, dari trainer bahasa Jepang sampai asisten musisi terkenal. Preloved sendiri merupakan sebuah platform belanja unik di Indonesia yang menjadi wadah penjual barang bekas branded dan fashion apparels.

Aku seorang pencinta sepatu. Semua orang yang dekat denganku tahu betul kebiasaanku membeli sepatu. Tak pernah aku tahan untuk tak beli setiap kali ada sepatu yang menurutku bagus.  Jadi jangan heran jika aku terjun ke bisnis sepatu. Tepatnya tahun 2012, aku memproduksi sepatu dengan brand Irresistible. Alasan filosifis nama Irresistible, sih, sama seperti artinya, yaitu tak tertahankan. Enggak bisa ditolak, gitu. Maksudnya agar produk sepatuku bisa diterima dan brand-nya kuat melekat di benak pembeli.

Kalau ada yang tanya berapa modalku terjun ke bisnis sepatu, tak terlalu besar lah, hanya bermodal sekitar Rp50 juta. Begitu mengibarkan bendera Irresistible, aku langsung tancap gas melakukan promosi dan mengenalkan produk sepatu Irresistible. Bahkan, aku juga sempat diundang oleh pemerintah Malaysia di tahun 2013 untuk hadir sebagai visitor sebuah pameran sepatu.

Kebetulan waktu itu ikon sepatu Malaysia yang sudah go internasional seperti Jimmy Choo pun hadir dalam acara tersebut. Tak cuma datang ke pameran, aku juga berkesempatan mendapatkan tur gratis berkeliling Malaysia. Sayangnya, aku saat itu belum suka menulis dan tak terpikirkan untuk mendokumentasikan pengalaman seru tersebut.

Arisan Sepatu

Soal desain, aku mendapatkan inspirasi dari coba-coba saja karena memang aku sangat menyukai sepatu. Prinsipnya aku berusaha membuat sepatu yang nyaman kupakai, walaupun itu sepatu high heel. Selain nyaman, empuk dan modis juga menjadi pertimbangan setiap kali aku mendesain sepatu. Apalagi, perempuan dikenal hobi megoleksi banyak sepatu untuk dipadupadankan. Makanya, bisnis sepatu seperti yang kutekuni sat itu bisa berjalan sangat baik dan perkembangannya terus meningkat.

Dalam seminggu, aku bisa memproduksi hingga 50 pasang sepatu. Segmen yang kupilih adalah kelas menengah ke atas, sehingga harga sepatu yang kupatok ini pun menyesuaikan segemen yang kupilih. Yah, harga per pasangnya bervariasi lah, untuk wedges harganya mulai Rp350.000, sementara untuk sepatu kuhargai mulai Rp650.000.

Untuk mempromosikan sepatu Irresistible-ku, aku melakukan berbagai strategi, beberapa yang bisa kusebutkan antara lain dengan membangun komunitas serta mengajak para reseller untuk mengadakan arisan Irresistible. Jadi, siapa yang menang arisan nantinya akan mendapatkan produk sepatu Irresistible.

Sungguh tak kunyana, responsnya ternyata bagus. Tak cuma di Jakarta, arisan juga kugelar di Bandung hingga Semarang, Jawa Tengah. Bahkan, arisan Irresistible yang di Semarang jauh lebih aktif dan sampai masuk pemberitaan media massa. Anggotanya pun di sana cukup besar, dalam satu komunitas bisa sampai 55 orang. Saking berkembangnya, aku sempat menggelar fashion show sepatu Irresistible di Mal Paragon, Semarang, bersama desainer Anne Avantie. Pergelaran fashion show ini sungguh menjadi salah salah satu kebanggaanku yang tak bakal bisa kulupakan.

Berjualan Jepit Rambut

O iya, bicara soal bisnis, sepertinya sejak kecil aku memang sudah memiliki jiwa wirausaha. Seingatku, ketika duduk di bangku sekolah dasar saja, aku sudah berjualan jepit rambut yang kuhias sesuai dengan kreativitasku. Hasil dari menjual jepit rambut ini lumayan untuk tambahan uang jajan sehari-hari. He he he. Dulu, mungkin bukan soal uang yang kuhasilkan yang menjadi tujuan, melainkan karena aku memang suka dengan sesuatu yang bersifat crafty. Pokoknya yang berbau kreativitas aku suka.

Untuk kulakan jepit rambut itu, aku pergi ke pasar Blok M, membeli jepit beserta pita-pitanya. Dari situ baru kuhias jepit-jepit itu, lalu kujual. Wah, pokoknya seru deh. Kalau kuingat-ingat lucu juga, ternyata niat juga, ya, aku. Ha ha ha.