Marisa Tumbuan, Bisnis Preloved Bermodal Passion

By nova.id, Minggu, 27 November 2016 | 05:30 WIB
Marisa Tumbuan (nova.id)

Memasuki masa remaja, kehidupanku pun sama seperti layaknya remaja lainnya. Bedanya mungkin aku remaja yang juga rajin mencari uang dengan berbisnis. Jadi, kalau waktu SD aku menjual jepit rambut, kali ini aku berjualan, meski skalanya masih kecil-kecilan. Macam-macam deh, tak cuma aksesoris kalung. Yang aku ingat betul adalah saat aku berkongsi dengan mama,  membuat seragam salah satu bank. Saat itu aku yang maju menyampaikan presentasi, desain dan bertemu dengan klien. Sementara mama membantu dengan mengukur dan menjahit seragam. Itu juga pengalaman bisnis yang sangat berkesan bagiku, apalagi aku melakukannya bersama mama.

Belajar Bahasa Jepang

Rasanya, jiwaku memang ada di bisnis. Aku tertarik ilmu bisnis dan manajemennya. Tak heran jika aku memilih melanjutkan kuliah ke Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti, Jakarta. Sebenarnya, saat itu aku juga diterima masuk di Universitas Brawijaya, Malang, tapi sayangnya papa tidak menyetujui, karena terlalu jauh. Jadinya, aku pun kuliah dan menyelesaikan studi di kampus yang lebih dekat dengan orangtua.

Nah, setelah lulus kuliah, terjadi perubahan. Bukannya langsung mengaplikasikan ilmu bisnis yang kuperoleh selama kuliah, tetapi setelah lulus kuliah aku justru melanjutkan studi bahasa di Jepang selama tiga tahun. He he he. Selama tiga tahun tinggal di negeri Sakura, bukan berarti aku tak memperoleh apa-apa. Aku mendapatkan berbagai pengalaman menarik dan berguna selama berada di Jepang. Aku juga tak setengah-setengah mempelajari bahasa Jepang. Dan tentu saja, setelah bekerja keras mempelajari bahasa Jepang, aku pun serius mencari pekerjaan yang sesuai dengan bidangku.

Pekerjaan pertamaku adalah menjadi asisten sekaligus staf akunting di salah satu perusahaan Jepang. Itu terjadi tahun 1997. Aku menikmati pekerjaanku sebagai asisten dan staf akunting di perusahaan itu selama dua tahun. Sayangnya, krisis moneter melanda Indonesia dan berimbas ke perusahaan tempatku bekerja. Perusahaanku yang merupakan kantor representatif itu pun terpaksa akhirnya harus tutup.

Selepas dari perusahaan Jepang, aku kemudian bekerja di Hotel Grand Mahakam, Jakarta. Jabatanku sebagai trainer bahasa Jepang. Tugasku adalah men-training bahasa Jepang bagi para karyawan hotel. Di sana, aku sempat bekerja selama kurang lebih dua setengah tahun. Selain itu, aku mengisi waktu luang dengan dengan membuat event organizer (EO).

Masuk Dunia Hiburan

Ya, seperti yang sudah kuceritakan di awal, aku memang menyukai dunia kreatif. Nah, dunia EO bisa menyalurkan passion-ku pada dunia kreatif. A aku pun rutin membuat acara-acara. Salah satunya, dan menurutku yang cukup berkesan, adalah ulang tahun ke-11 band Coklat. Kebetulan, tepat di HUT ke-11-nya, band Coklat masuk Museum Rekor Indonesia (MURI).

Acara yang kubikin adalah tur ulang tahun Coklat. Waktu itu aku membuatkan replika member anggota band Coklat dari bahan cokelat dengan sponsor sebuah brand cokelat. Sejak itu, aku mulai berkenalan dengan dunia entertainment, yang otomatis juga membawaku berkenalan dengan para artis. Aku terlibat beberapa agenda musik.

Pengalamanku terlibat dengan dunia entertainment membawaku bekerja di Republik Cinta Management (RCM) milik musisi Ahmad Dhani. Aku bekerja sebagai asisten Ahmad Dhani sekaligus mengurusi band Dewa. Juga sebagai orang yang bertanggung jawab untuk band-band yang tengah naik daun seperti The Rock dan The Virgin, sampai Dewi-Dewi yang kemudian menjadi Mahadewi.

Pada saat itu, load kerjaku sangat tinggi. Kebetulan, masa-masa itu dunai hiburan juga tengah booming.  Cukup lama aku bekerja di RCM, kurang lebih 5 tahun. Aku kemudian mendapatkan tantangan baru bekerja sebagai Business Development Director di Keci Music.

Di sini, selain bertanggungjawab untuk artis-artis lama, aku juga bertanggung jawab untuk proyek rohani seperti Teuku Wisnu, Dude Herlino dan Zee Zee Shahab, dan masih banyak lagi. Setelah bekerja selama kurang lebih satu setengah tahun di sana, aku akhirnya memutuskan keluar pada tahun 2012. Alasannya, karena waktu itu aku sempat mengalami keguguran dua kali. (BERSAMBUNG)

Swita Amalia