Stroke Makin Sering Menyerang di Usia Muda, Apa Pemicunya?

By nova.id, Rabu, 14 Desember 2016 | 02:45 WIB
Ilustrasi pasien stroke (nova.id)

Stroke tidak saja menimpa pada orang usia tua (> 65 tahun). Akan tetapi juga dapat dialami kalangan muda (< 50 tahun). Sebagai contoh, kasus angka stroke pada usia dewasa muda yang terjadi di Italia sebanyak 12.1 kasus per 100.000 penduduk usia dewasa muda.

Untuk negara Asia, yaitu Jepang, angka kejadian stroke mencapai 70 per 100.000 penduduk yang berusia 35-44 tahun. Belakangan ini, kejadian stroke di usia muda meningkat sebanyak 50%.

Contoh lain, stroke pada usia muda yang terjadi di Finlandia disebabkan oleh 60% karena kadar kolesterol yang meningkat (dislipidemia), 44% karena merokok dan 39% karena hipertensi.  

Menurut dr. Puri Ayu Arditi, Sp.S dari RS Hermina Bogor, pola makan dan minuman yang tidak sehat akan  menyebabkan kadar kolesterol meningkat dan hipertensi.

Baca: Jangan Tunda, 6 Langkah Mencegah Stroke Ini Harus Dimulai dari Sekarang

Dua Jenis Stroke

Secara umum ada dua jenis stroke, yaitu stroke iskemik (penyumbatan) dan stroke hemoragik (perdarahan). Stroke iskemik dapat terjadi karena penyumbatan di pembuluh darah oleh bekuan darah yang terbentuk akibat dari kerusakan dinding pembuluh darah itu sendiri dan penyakit jantung.

Sedangkan, stroke hemoragik terjadi karena ruptur (perobekan) pembuluh darah akibat dari lemahnya elastisitas dinding pembuluh darah tersebut. Dinding pembuluh darah yang lemah ini terjadi di lokasi percabangan pembuluh darah. Lokasi percabangan tersebut menerima tekanan yang konstan dari aliran darah sehingga dindingnya semakin lama semakin melebar, namun semakin melemah keelastisannya.

Perlu kita tahu, ada 2 faktor penyebab risiko stroke, yaitu faktor risiko yang tidak bisa dikelola, umumnya adalah usia, jenis kelamin dan genetik. Sedangkan, faktor risiko yang bisa dikelola adalah hipertensi, diabetes melitus, peningkatan kadar kolesterol, penyakit jantung dan riwayat stroke sebelumnya.

Baca: Sering Diabaikan, Kenali 4 Tanda yang Muncul Sebelum Serangan Stroke

Ketahui Gejala

Gejala stroke dapat dikelompokkan menjadi dua bagian sesuai dengan definisi stroke, yaitu penurunan sebagian fungsi otak yang ditandai dengan kurang fokus penglihatan, sudut bibir tidak simetris, berbicara pelo, kesulitan menelan terutama air, lengan atau dan kaki terasa lemah, pusing berputar dan sulit berkomunikasi.

Kelemahan lengan/tungkai adalah gejala yang paling sering diderita. Gejala penurunan fungsi otak secara menyeluruh ditandai dengan penurunan kesadaran secara mendadak.

Upaya pertolongan pertama bila seseorang menderita gejala stroke seperti yang telah disebutkan di atas adalah segera ke rumah sakit, walaupun gejala tersebut tampak ringan. Semakin cepat penderita dibawa ke rumah sakit, diharapkan kerusakan sel-sel otaknya semakin dapat dicegah.

Seseorang yang mengeluhkan gejala mendadak seperti kesulitan menelan atau kesadaran menurun tidak diperbolehkan diberi makanan dan minuman. Hal ini untuk mencegah supaya makanan dan minuman tidak masuk ke paru-paru penderita.

BACA: Gejala Stroke Dapat Dilihat Oleh Orang Awam

Jika seseorang terkena stroke dengan gejala-gejala tersebut, maka penderita harus segera dibawa ke rumah sakit untuk dilakukan rangkaian pemeriksaan fisik. Di antaranya tekanan darah, denyut nadi, pernapasan suhu tubuh dan pemeriksaan sistem saraf pusat.

Selain pemeriksaan fisik, diperlukan juga pemeriksaan penunjang seperti elektrokardiogram (EKG), tes darah, rontgen thorax, CT scan otak.

Rangkaian pemeriksaan penunjang tersebut, kecuali CT scan, untuk mengetahui penyebab terjadinya serangan stroke. CT scan dilakukan untuk mengetahui jenis stroke dan seberapa luas kerusakan otak penderita.

BACA: Pasien Stroke di Usia 30 Tahun Meningkat!

Penanganan Tepat

Pengobatan stroke yang tepat dapat meminimalkan kerusakan sel-sel otak dan meringankan kecacatan yang telah terjadi.

Alur manajemen stroke akut pertama kali adalah menilai sistem airway, breathing dan circulation (sistem ABC). Bila sistem ABC tidak didapatkan gangguan,  tatalaksana dilanjutkan ke manajemen stroke berikutnya.

Cara pengobatan stroke dilakukan dengan memerhatikan jenis strokenya. Pada stroke iskemik dengan onset (tampilan pertama dari gejala) 3 jam pertama dapat dilakukan trombolisis (memasukkan obat pengencer darah secara intravena/infus). Tidak semua penderita dapat dilakukan trombolisis.

Baca: Sebelum 8 Jam, Segera Tangani Pasien Stroke

Ada beberapa persyaratan medis yang harus dinilai untuk mengetahui perlu atau tidaknya dilakukan trombolisis bagi penderita. Bila trombolisis tidak dapat dilakukan maka penderita diberikan obat oral (antiplatelet).

Pengobatan pada penderita stroke hemoragik adalah menjaga tekanan darah sesuai target dengan memberikan obat antihipertensi. Bisa juga dilakukan tindakan operasi dengan indikasi khusus.

Bila penderita stroke hemoragik ataupun iskemik mengeluhkan nyeri, segera dilakukan pengelolaan manajemen nyeri supaya kondisi stroke tidak memburuk.

Kemudian, untuk memperbaiki kecacatan fisik perlu dilakukan fisioterapi apabila kondisi penderita memungkinkan (seperti tekanan darah normal, tidak nyeri kepala). Target dari fisioterapi adalah mengembalikan fungsi pasien semaksimal mungkin sehingga dapat mandiri melakukan aktivitas sehari-hari.

Hilman Hilmansyah/Tabloid NOVA