Kisah Bocah Pemburu Bus "Telolet" di Terminal Poris

By nova.id, Kamis, 22 Desember 2016 | 02:45 WIB
Sebuah bus Telolet melintas di jalan S Parman, Jakarta Barat. (nova.id)

"Itu busnya, cepat... cepat... udah datang, HP lu mana?" Begitu teriakan gerombolan anak kecil di dalam Terminal Poris yang sedang asyik mengerjakan hobi baru mereka, memburu bus "telolet".

Hampir setiap hari puluhan anak yang rata-rata masih duduk di bangku sekolah dasar ini mendatangi Terminal Poris di Tangerang, Banten. Bukan untuk bepergian dengan menggunakan bus, puluhan anak itu justru sedang asyik merekam suara bus "telolet" yang dirasa unik karena suaranya yang khas.

Sabtu (21/5/2016) sore sekitar pukul 15.00 WIB, segerombolan anak telah menunggu kedatangan bus "telolet".

Mengeluarkan ponselnya, sambil mengacungkan ibu jari ke atas, lalu digoyangkan seperti menekan klakson, merupakan tanda bahwa anak-anak itu meminta kepada sopir bus untuk membunyikan klakson yang mereka tunggu-tunggu.

Anak-anak ini sudah hafal betul mana bus yang memiliki klakson "telolet" dan sopir yang pelit untuk membunyikan klakson. Salah satu bus yang sangat ditunggu-tunggu adalah bus dari PO Haryanto.

Baca juga: Buru Suara "Telolet" Bus, Anak-anak Padati Terminal dengan Smartphone di Tangan

Sebenarnya, tidak ada yang berbeda dari bus ini, baik dari bentuk maupun suara klaksonnya. Namun, jika ada yang berteriak "Haryanto... Haryanto... haryanto", semua anak-anak dipastikan akan berlari ke pintu gerbang bus sembari mengeluarkan ponsel mereka.

Bus lain yang juga sering ditunggu berasal dari Agramas, PO Zentrum, PO Bhineka, PO Sahabat, dan PO Garuda Mas.

Yanto, misalnya, pemburu setia bus "telolet" yang baru duduk di kelas 3 SD di salah satu sekolah di Tangerang ini mengatakan, setiap Sabtu dan Minggu ia dan teman sebayanya selalu datang ke Terminal Poris. Smartphone dari China berlayar 5 inci merupakan senjata Yanto untuk mendapatkan rekaman suara bus "telolet".

Yanto mengatakan, ia bersama teman-temannya selalu datang sekitar pukul 13.00 WIB karena pada waktu itu merupakan jam saat bus-bus taksirannya berangkat keluar terminal.

Bahkan, pada saat hujan, Yanto rela berbasah-basahan demi menunggu bus bersuara unik itu. Alasan Yanto menggemari bus "telolet" pun sangat sederhana.

"Senang saja (suaranya), untuk kenang-kenangan. Enggak pernah dimarahin kok sama ibu," kata Yanto sambil tersenyum lebar.