Ambil Sendiri dan Bayar Sendiri, Inilah Rombong Kejujuran di Gresik

By nova.id, Minggu, 25 Desember 2016 | 05:09 WIB
Wiwik Rahayu saat sedang mengisi ulang barang dagangannya di rombong kejujuran (nova.id)

Sebuah gerobak makanan kecil di depan Pasar Sidayu, Kecamatan Sidayu, Gresik, Jawa Timur, tampak penuh makanan yang dijual dengan harga Rp 5.000.

Uniknya, tidak ada seorang pun yang menjaga gerobak atau rombong tersebut. Pembeli bisa mengambil sendiri makanan yang diperlukannya dan membayarnya pada kotak yang tersedia.

Tempat jualan itu diberi nama rombong kejujuran. Yang dijual berupa aneka jajanan krupuk mulai dari bonggolan (bahan kerupuk), kerupuk jadi, maupun kerupuk jadi yang sudah dikemas dalam kemasan higienis.

"Sudah ada sejak tiga minggu yang lalu. Tidak pernah ditunggu oleh pemiliknya, hanya sesekali saja dilihat untuk mengisi stok barang dagangannya serta ambil uangnya," kata Ade Heri (30), penjual cincau di samping rombong kejujuran, Rabu (21/12/2016).

Menurut Ade, pemilik rombong kejujuran tersebut biasanya datang melihat pada siang hari. Itu pun tidak tentu karena tidak dilakukan pada jam-jam tertentu. Kadang yang melihat adalah wanita, kadang pula pria.

"Tapi yang pasti, saat pagi hari saat saya juga sedang menata dagangan saya, rombong kejujuran itu juga ditata oleh pemiliknya. Pada sore hari, kembali ditepikan oleh pemiliknya agar tidak sampai mengganggu aktivitas jalan," kata dia.

Rombong kejujuran itu milik Muhammad Khoirudin dan Wiwik Rahayu, warga Desa Mriyunan Tengah RT1/RW2, Kecamatan Sidayu, Gresik.

Gerobak ini biasa mangkal di sekitar alun-alun Sidayu, atau tepatnya berada di depan pintu masuk-keluar Pasar Sidayu.

"Saya amati lumayan ramai juga pembelinya. Setiap pembeli biasanya memasukkan uangnya ke kotak yang sudah disediakan," ujar Suwarno (58), pemilik toko di depan rombong kejujuran.

Baca juga: Mahasiswa Ini Rintis Usaha Kopi Demi Bantu Teman Biayai Skripsi

Salah satu pembeli, Umi Faridah (48), mengaku senang dengan adanya rombong kejujuran yang menjual kerupuk serta bonggolan. Menurut dia, hal itu bisa menguji kejujuran para pembeli. Selain berharga murah, rasanya pun enak.

"Bonggolan di sini rasanya enak saat diolah menjadi kerupuk serta berbeda dengan cita rasa bonggolan yang ada di tempat lain," kata Umi.

Sama seperti awal kali adanya rombong kejujuran di Sidayu, sekitar tiga minggu yang lalu, rombong kejujuran yang lain juga sempat ada di Jawa Barat. Konsepnya sama, tetapi makanan yang dijual berbeda.

Wiwik Rahayu, pemilik rombong kejujuran, itu mengatakan bahwa semua itu dilakukannya karena ia tidak punya cukup waktu untuk menunggu dagangan.

"Awal saya buat rombong kejujuran ini murni karena saya terbentur dengan waktu dalam menjaganya. Sementara saya juga butuh pemasukan tambahan untuk mencukupi kebutuhan rumah tangga," kata Wiwik, Rabu (21/12/2016).

Wiwik sudah dua tahun menjalani usaha jualan bonggolan sebagai bahan kerupuk dari bahan ikan segar. Ia menjualnya dengan cara menitipkan bonggolan di beberapa warung dan toko di sekitar Kecamatan Sidayu. Namun, banyak toko dan warung yang menolak titip jual itu karena sudah dipasok oleh produsen lain.

Ia sendiri tidak punya cukup waktu untuk berjualan seharian karena harus menunggui empat anaknya dan mengurus rumah tangga. Adapun sang suaminya, Muhammad Khoirudin, berprofesi sebagai guru sekolah dasar (SD). Akhirnya Khoirudin mengusulkan untuk membuat rombong kejujuran tersebut.

"Saya sepakat, karena dengan ini kami mendapat tambahan pemasukan dan tugas saya sebagai ibu juga tetap dalam proporsinya," kata Wiwik.

Dalam tiga minggu berjalan, Wiwik menyatakan, omzet dagangannya masih sesuai dengan barang yang laku dijual. Tidak ada selisih antara barang yang laku dan pemasukan yang didapatkan.

"Semoga saja, kejujuran seperti ini akan dapat terus berlangsung," kata dia.

Wiwik mengaku, setiap hari ia menyediakan sedikitnya 40 bonggolan di rombongnya. Selain bonggolan, ia juga menjual krupuk jadi yang dikemas dalam plastik dengan harga masing-masing Rp 5.000.

Hamzah Arfah / Kompas.com