Tak Disangka, Ini Pekerjaan Halal Tersangka Perampokan Pulomas Sebelum Jadi Kriminal

By nova.id, Sabtu, 31 Desember 2016 | 06:00 WIB
Kontrakan di Jalan Kalong RT 02 08, Bojong Rawalumbu, Rawalumbu, Kota Bekasi tempat penangkapan pelaku perampokan di Pulomas, Jakarta Timur. (nova.id)

Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian rupanya tak asing dengan nama Ramlan Butarbutar, salah seorang tersangka pelaku pembunuhan di Pulomas, Jakarta Timur.

Ia menyebut Ramlan merupakan pemain lama yang kasusnya pernah ditangani saat Tito menjabat sebagai Kasat Serse Polda Metro Jaya. "Kalau enggak salah panggilannya namanya Porkas, itu yang di CCTV kakinya pincang," ujar Tito di Kompleks Mabes Polri, Jakarta, Rabu (28/12/2016).

"Itu pemain lama, zaman (saya) Kasat Serse sudah jadi pasien kami," lanjut dia.

Ramlan ditembak petugas saat ditangkap karena melawan. Ia pun meninggal akibat kehabisan darah.

Tito mengatakan, Ramlan sebelumnya pernah terlibat kasus pembunuhan. Ramlan diketahui biasa "nongkrong" di Bekasi dan Pulogadung, Jakarta Timur. Bahkan ia menyebut hal itu terjadi sudah cukup lama, "Itu zaman kami dulu, dan sekarang main lagi. Dia sudah tua," kata Tito.

Tak hanya itu, kelompok pembunuhan di Pulomas juga dikenal sebagai pelaku pencurian yang kerap menyiksa pemilik dari rumah yang mereka masuki. Korban diikat terlebih dahulu dan diplakban di mulut. Lalu, pelaku kabur membawa barang curian.

Dalam kasus kemarin, perhiasan pemilik rumah ikut diangkut.

Baca: Ngeri! Ini Rekam Jejak Tersangka RBB Perampok Spesialis Rumah Elite dalam Kasus Pulomas

Saat mendapat foto wajah Ramlan, Tito langsung teringat dulu dia pernah menangkap Ramlan, dimana Ramlan merupakan pemain lama perampokan yang memang mengincar rumah mewah.

Dibeberkan Tito, saat dirinya masih menjadi Kasat Serse di Polda Metro, grup Ramlan dikenal dengan sebutan grup korea, dan terbilang sadis dengan para korbannya.

"Saat saya Kasatserse di Polda Metro, Ramlan itu dikenal dengan grup Korea, dia pemain lama. Kelompok 365 yang biasa nongkrong di Bekasi dan Pulo Gadung," terang Tito.

"Dulu, modusnya, kelompok ini biasanya pada hari-hari libur, orang sepi, dia nyari rumah, patroli-patroli. Begitu ada rumah pagarnya terbuka, langsung masuk," kata Tito.

Identitas komplotan ini diketahui dari rekaman kamera CCTV yang ada di rumah korban.

Baca: Dua Pelaku Pembunuhan di Pulomas Diteriaki Maling Saat Masuk ke Rumah yang Sedang Ramai

Kapolda Metro Jaya Irjen (Pol) Mochamad Iriawan juga mengatakan, pelaku yang pertama dikenali dari rekaman kamera CCTV adalah Ramlan. Sebab, Ramlan merupakan residivis kasus serupa dan mempunyai gaya jalan yang khas.

"Kami sudah tahu cirinya, yang bersangkutan pincang kalau jalan karena punya penyakit ginjal," ujar Iriawan di Rumah Sakit Polri Kramatjati, Jakarta Timur, Rabu (28/12/2016).

Iriawan menambahkan, Ramlan merupakan pimpinan dari komplotan tersebut. Dia juga-lah yang diduga sebagai otak dari perampokan dan pembunuhan tersebut.

Menurut Iriawan, Ramlan sudah masuk keluar penjara sejak 2001. Bahkan, Ramlan masuk dalam daftar pencarian orang. "(Ramlan) yang paling pertama masuk ke rumah korban, serta dominan memasukkan korban ke kamar mandi dan membawa senjata api," ucap dia.

Selain itu, kata Iriawan, Ramlan-lah yang diduga mengunci para korban di kamar mandi. Bahkan, dia juga yang merusak engsel pintu dan membuang kunci kamar mandi tersebut.

"Dia juga pernah merampok di rumah warga negara Korea Selatan di Cibubur tahun 2015 lalu," kata Iriawan.

Baca: Tewas Tragis dalam Perampokan di Pulomas, Begini Sosok Diona di Mata Teman-temannya

Meski Ramlan Butarbutar memiliki sejarah catatan kelam namun sebelum ia beralih pekerjaan menjadi perampok sadis, ia memiliki pekerjaan halal. Sejak 2008, 2010 hingga 2015, ia bersama komplotan tercatat telah tertangkap di kasus yang sama yakni perampokan rumah mewah.

Sebuah media online nasional bahkan berhasil mewawancarai Ramlan saat tertangkap saat Polsek Depok berhasil meringkus Ramlan dan kawanannya saat merampok sebuah rumah.

Pada wawancara tersebut Ramlan mengaku pada tahun 2008 pernah ditahan karena kasus perampokan, meski telah menghirup udara bebas ia kembali mengulangi perbuatannya.

Sebenarnya jauh sebelumnya ia memiliki pekerjaan halal yakni menjadi sopir taksi.

Namun lantaran dipecat pada tahun 2002 ia kemudian merekrut rekan-rekan sesama sopir taksi pecatan lalu membentuk komplotan perampok spesialis rumah mewah. Ditanya alasan merampok, ia mengaku terpaksa merampok karena tak memiliki pekerjaan tetap.

Dalam aksinya Ramlan selalu merencanakan dengan matang yakni menggambar denah dan menyusun strategi. Dalam setiap aksi Ramlan selalu memanfaatkan mobil rental.

Sudah banyak sekali aksi perampokannya berhasil dilakukan. Lalu hasilnya buat apa? Hasilnya untuk mabuk dan foya-foya di tempat hiburan malam.

Baca: Jadi Sopir Tembak, Tersangka RBB Tetap Tarik Penumpang Usai Merampok di Pulomas

Komplotan Ramlan tak segan-segan melukai korbannya bila melawan. Seperti aksi yang dilakukan, terhadap keluarga Dodi di Pulomas, Jakarta Timur. Ramlan menyekap Dodi dan keluarga di dalam kamar mandi tanpa ventilasi.

Ramlan dikenal sebagai residivis yang biasa keluar masuk penjara dengan kasus serupa.

Ramlan dan komplotan selalu menggunakan senjata tajam seperti celurit dan pistol. Mereka mencari celah kelemahan dari pemilik rumah, saat pintu terbuka Ramlan langsung memukulkan pistolnya dan masuk lalu menyandera penghuni rumah.

Sumber: Tribunnews, Kompas