Meski Tahun Baru Imlek masih beberapa hari lagi, beberapa kota sudah mulai menggelar perayaan tahun baru masyarakat Tionghoa ini. Kota Solo pun tak mau ketinggalan. Seperti tahun-tahun sebelumnya, kota Solo menyambut datangnya Tahun Baru Imlek dengan menggelar Festival Imlek Solo (FIS) yang ke-9 kalinya.
Sejak 17 Januari 2017 lalu, jantung kota Solo yaitu di kawasan Pasar Gede tampak meriah. Lampion besar berwarna merah tampak tergantung rapi di sana.
Jika tahun lalu lampion dipasang di sekitar pasar legendaris itu, kali ini lampion juga dipasang sampai perempatan Gladak. Jumlah lampion yang dipasang pada tahun ini memang lebih banyak dibanding tahun-tahun sebelumnya.
Menurut ketua panitia Festival Imlek Solo (FIS) 2017, Sumartono Hadinoto, perayaan Imlek tahun ini memang dibuat lebih meriah dibanding sebelumnya. Bila tahun lalu hanya ada 3.000 lampion yang dipasang, tahun ini ada 5.000 lampion!
Baca: Menilik Ramalan 12 Shio di Tahun Ayam Api, Shio Macan dan Kelinci Waspadai Godaan Cinta
Penambahan lampion dan lokasi pemasangan juga dimaksudkan untuk memecah konsentrasi pengunjung agar tersebar ke beberapa titik. “Kalau masih tetap penuh juga, berarti acaranya sukses,” ujar Sumartono sambil tersenyum.
Selain itu, panitia juga memasang dua set lampion 12 shio yang dipasang di Jalan Jenderal Sudirman dan seputar Pasar Gede, 1 lampion gapura Imlek, 1 maskot panda, 1 maskot Dewa Uang, dan 6 maskot ayam.
Semuanya dipesan langsung dari Cina yang pemasangannya dilakukan pada 20 Januari lalu. Untuk pemesanan lampion saja, panitia mengeluarkan biaya sebesar Rp300 juta.
Baca: 5 Resep Peranakan untuk Sajian Imlek
Selain pemasangan lampion, FIS 2017 juga mengadakan serangkaian acara yang berlangsung 21-27 Januari 2017. Dimulai dengan donor darah dan pemeriksaan kesehatan yang diadakan di Pasar Gede pada 21 Januari.
Pada hari Minggu itu, selain pemecahan rekor MURI dengan kaligrafi aksara Jawa sepanjang 500 meter di Mal Solo Paragon pada pagi hari, juga dilangsungkan Grebeg Sudiro.
Grebeg Sudiro adalah perayaan yang merupakan perpaduan budaya Jawa-Tionghoa. Saat itu akan diarak gunungan yang terdiri dari hasil bumi seperti sayuran dan makanan seperti kue keranjang, bolang baling, dan cakwe.
Di pemberhentian akhir, makanan tersebut akan diperebutkan. Pada hari Minggu pula, Solo Imlek Fair dimulai sampai tanggal 27 Januari pukul 10.00-21.00.
Baca; Tradisi Imlek, Saatnya Buang Sial dan Undang Rezeki
Bagi Sahabat NOVA yang ingin mengeksplor lebih jauh festival ini, jangan lupa kunjungi lantai 2 Pasar Gede dimana digelar pameran kuliner yang akan melibatkan 70 UKM juga panggung hiburan yang menampilkan artis lokal, fashion show batik, pertunjukan barongsai, sulap, ramalan, dan shufa yang tak lain seni tulis kaligrafi aksara Cina. Rangkaian acara ini nantinya akan ditutup dengan pesta kembang api.
Acara sendiri masih berlangsung sampai 11 Februari mendatang, dengan pertunjukan barongsai. Lalu pada 15 Februari perayaan Cap Go Meh. Sementara penutupan acara akan diadakan di Pendapi Gede Balaikota Solo.
Sumartono senang karena tahun ini lebih dari 20 komunitas dan organisasi yang terlibat di dalam perayaan FIS, lebih banyak dari tahun sebelumnya. Ia menyebut, FIS bukan hanya sebagai daya tarik hiburan bagi masyarakat, melainkan juga sebagai upaya branding kota Solo sebagai destinasi wisata khususnya saat Imlek.
Baca: Mengenal Lebih Jauh Makna dan Sejarah Tahun Baru Imlek
Dengan digelarnya acara ini, memperlihatkan Solo sebagai kota yang ramah terhadap toleransi, akulturasi budaya, dan punya kebhinekaan yang luar biasa. Selain itu, “IFS diadakan untuk melestarikan sekaligus mengembangkan budaya yang akan menjadi budaya baru yang sangat indah bila berakulturasi dengan budaya lokal,” paparnya.
Itu sebabnya, Sumartono mengajak masyarakat Solo agar bangga jadi wong Solo dengan cara berkontribusi terhadap IFS, “Sekecil apa pun kontribusi itu, pasti bisa membuat acara ini berjalan lancar, aman, dan memiliki banyak dampak positif yang jelas bagi Solo.”
Hasuna Daylailatu/Tabloid NOVA