Duh! 56 Persen Penderita Sakit Ginjal Adalah Usia Produktif

By Dionysia Mayang, Selasa, 7 Maret 2017 | 03:30 WIB
Endometriosis Nyeri Haid yang Tak Wajar Lagi (Dionysia Mayang)

Tubuh kita terdiri dari sistem dengan organ yang memiliki tugas dan fungsi masing-masing. Salah satunya ginjal.

Ginjal terdiri atas satu pasang organ, yakni ginjal kiri dan ginjal kanan. Fungsi ginjal antara lain untuk menyaring darah, menyaring dan membuang racun, serta memantau dan mengendalikan keseimbangan air dalam tubuh.

Jika salah satu ginjal kita rusak, fungsi ginjal kita masih bisa dijalankan oleh satu ginjal saja. Fakta ini membuktikan bahwa kita memiliki kapasitas fungsi ginjal yang lebih banyak daripada yang sebenarnya kita butuhkan untuk bertahan hidup.

Baca: Sering Pipis, 1 dari 12 Gejala Awal Ginjal Kronis yang Harus Diwaspadai

Tubuh kita juga bisa menoleransi berkurangnya fungsi ginjal, sehingga biasanya pengidap penyakit ginjal kronik (PGK) tidak merasa mengalami gejala apapun. Penurunan awal fungsi ginjal yang tak ada gejalanya ini membuat penderita penyakit ginjal kronik tidak serta merta menyadari penyakitnya.

PGK umumnya merupakan silent disease, karena pada kondisi awal penderita tak menyadari penyakitnya. Bisa saja tiba-tiba penderita akan didiagnosa dengan stadium tinggi, karena dirasa tak ada gejala di awalnya.

Baca; Menakjubkan, Ini 8 Khasiat Minum Air Putih Saat Bangun Tidur

Padahal, pada stadium akhir memerlukan pengganti ginjal di antaranya dengan hemodialisis, peritoneal dialisis, atau transplantasi ginjal.

Berdasarkan data dari Report of Indonesia Renal Registry tahum 2014, menunjukkan 56 persen penderita penyakit ginjal adalah usia produktif di bawah 55 tahun.

Banyak diketahui juga, risiko tinggi terkena penyakit ginjal kronik adalah karena obesitas atau kegemukan. Menurut data dari World Health Organizations (WHO) pada 2014 menyebutkan bahwa kematian akibat penyakit ginjal kronik di Indonesia mencapai 2,93 persen populasi.

Baca: 8 Langkah Cegah Penyakit Ginjal Kronik

Menurut Dr. dr. Budi Wiweko, SpOG(K)., Manajer Riset dan Pengabdian Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, masyarakat Indonesia harus belajar dari negara maju yang sekarang mengalami fenomena endemik penyakit kardiovaskular termasuk gagal ginjal.

“Masyarakat Indonesia harus mulai meningkatkan kesadaran, dan menerapkan gaya hidup sehat, termasuk perilaku hidrasi sehat untuk meningkatkan kualitas hidup. Perlu dipahami juga, pola hidrasi yang tidak baik terkait dengan konsumsi gula dalam minuman, berkaitan erat dengan obesitas,” jelasnya.

Baca: Sayangi Ginjal dengan Mengonsumsi 8 Sumber Makanan Ini

Wah, ternyata kebiasaan kita untuk minum minuman manis dalam kemasan tak baik untuk kesehatan, ya.

Yuk kita perbanyak minum air putih, agar jauh dari obesitas dan juga jauh dari ancaman silent disease seperti gagal ginjal.