Sering merasa tiba-tiba senang dan bahagia, namun secara tiba-tiba juga merasa sedih tanpa ada alasan yang pasti?
Kita perlu waspada, jangan-jangan terkena gangguan bipolar!
Gangguan bipolar adalah gangguan yang ditandai oleh adanya periode perpindahan mood, pikiran, energi, dan perilaku.
Pasien mengalami perubahan atau swing mood yang dramatis, dari mood yang meningkat atau iritabel, yang bisa terjadi manik atau hipomanik, dan menjadi mood yang sangat menurun atau depresi.
Baca: Kenapa Wanita Hamil Rentan Gangguan Bipolar?
“Gangguan bipolar dapat terlihat dari episode perubahan perilaku, yang terjadi di alam perasaan penderita,” jelas Dr. Anak Agung Ayu Agung Kusumawardhani, Sp.KJ(K).
Menurut Dr. Agung, di antara episode perubahan mood terseut dapat terjadi periode mood yang normal.
Selama periode mood normal atau eutimik, terdapat risiko kekambuhan menjadi mania atau depresi, hipomania atau campuran.
Baca: Penderita Bipolar Punya Kecenderungan Ingin Bunuh Diri
Gangguan bipolar sendiri memiliki beragam jenis, seperti GB I, GB II, GB Campuran, gangguan siklotimik, GB akibat Kondisi Medik Umum, GB yang diinduksi zat.
“Sedangkan prevalensi penderita GB di Indonesia bervariasi, antara 1 hingga 4 persen dari populasi,” jelasnya.
Risiko untuk pria dan perempuan tergantung pada tipe gangguannya.
Pada GB tipe I, perbandingan laki-laki dan perempuan adalah 1 : 1, sedangkan pada GB II letak perbandingan lebih besar pada perempuan, yaitu 1: 2.
Baca: Bagaimana Minyak Ikan Membantu Penderita Bipolar
“Sedangkan berdasarkan usia, gejala gangguan bipolar banyak ditemukan pada usia remaja hingga dewasa yaitu sekitar umur 15 hingga 25 tahun,” tutup Dr. Agung yang juga menjabat sebagai Kepala Departemen Psikiatri RS Cipto Mangunkusumo, Jakarta ini.