Sering Salah Diagnosis, Gangguan Bipolar Bisa Dideteksi dengan Cara Berikut

By Dionysia Mayang, Kamis, 6 April 2017 | 05:30 WIB
Dampak buruk perempuan korban KDRT yang bisa mengalami gangguan mental dan depresi. (Dionysia Mayang)

Gangguan bipolar dulunya dikenal sebagai manic depressive, atau perubahan suasana hati yang sangat ekstrim berupa mania dan depresi.

Perubahan suasana hati yang ekstrim ini termasuk dalam gangguan mental yang menyerang kondisi psikis seseorang.

(Baca: Kenali 10 Ciri Anak yang Mengalami Gangguan Mental)

Menurut Dr. Anak Agung Ayu Agung Kusumawardhani, Sp.KJ(K)., bipolar adalah gangguan pada alam perasaan seseorang dan memiliki episode waktu tertentu. Namun, gangguan bipolar bisa dikendalikan.

“Gangguan bipolar bisa dikendalikan, dengan diagnosis tepat dan penanganan cepat,” jelasnya.

(Baca: Duh, Ternyata Pekerjaan Ini Membuat Kita Bisa Kena Gangguan Bipolar)

Dr. Agung menjelaskan, penderita gangguan bipolar bisa sembuh dan pulih dari gangguan kesehatan jiwanya.

Sayang, setidaknya sebanyak 30 hingga 40 persen penderita gangguan bipolar mengalami salah diagnosis.

“Mereka sering didiagnosis menderita skizofrenia, dan mendapatkan penanganan yang salah,” jelas psikiater yang juga menjabat sebagai Kepala Departemen Psikiatri RS Cipto Mangunkusumo, Jakarta ini.

(Baca: Apa Perbedaan Skizofrenia dengan Gangguan Bipolar? Ini Penjelasannya)

Sebagai salah satu contoh, Dr. Agung pernah menangani pasien gangguan bipolar yang sebelumnya mengalami salah diagnosis.

Selama bertahun-tahun, pasiennya didiagnosis sebagai penderita skizofrenia dan menghabiskan waktu pengobatan di rumah sakit jiwa.

Menurut Dr. Agung, deteksi gangguan bipolar bisa dilakukan dengan Mood Disorder Questionare (MDQ).

Kuesioner ini akan diperiksa oleh dokter atau psikiater, bahkan juga sudah bisa dilakukan di puskesmas dengan dibantu oleh psikolog, untuk menjadi skrining awal deteksi gangguan bipolar.

(Baca: Waspada, Sering Komentar Negatif di Sosial Media Pertanda Gangguan Jiwa)

Selain itu, kita juga bisa melakukan cara praktis dengan rumus tiga.

Secara klinis seseorang menderita depresi, namun dalam riwayat hidupnya ditemukan tiga atau lebih episode depresi berat, dan kondisinya tak membaik meskipun sudah diterapi dengan tiga jenis obat antidepresan.

(Baca: Hindari Bunuh Diri, Begini Cara Mengenali dan Menangani Depresi Wanita)

Atau, memiliki tiga atau lebih pekerjaan sekaligus, memiliki pasangan tiga atau lebih secara bersamaan, atau mengenakan tiga atau lebih benda dengan warna yang tak biasa digunakan dan mencolok sekaligus.

“Diagnosis benar, maka mereka akan menjalani terapi yang tepat pula. Terapi bisa dilakukan dengan obat-obatan, psikoterapi, dan dukungan dari orang sekitar. Kalau ini berjalan, maka penderita gangguan bipolar bisa mencapai taraf hidup optimal,” tutupnya.