Mencari Kedekatan Emosional yang Kuat, 1 dari 5 Alasan Perempuan Berselingkuh

By Ade Ryani HMK, Senin, 1 Mei 2017 | 05:45 WIB
5 Pria yang Kerap Jadi Selingkuhan Wanita (Ade Ryani HMK)

Meskipun kini lebih banyak perempuan yang berselingkuh, namun perempuan cenderung akan memikirkan jangka panjang tentang perselingkuhannya tersebut.

Sementara itu, pria lebih cenderung akan melakukan perselingkuhan secara tak disadari.

Para perempuan juga sangat sadar pada dampak yang mereka dapatkan apabila perselingkuhan tersebut diketahui oleh pasangan, termasuk juga dampak terburuk yaitu berpisah dengan pasangan.

(Baca: Pria Lebih Mungkin Berselingkuh daripada Perempuan, Mengapa? )

Intimacy Disorder

Trauma karena pengalaman yang pernah terjadi di waktu muda atau pelecehan seksual yang pernah dialami bisa menyebabkan kelainan ini, sehingga perempuan bisa memiliki ketergantungan pada seks atau berselingkuh.

Perempuan dengan trauma masa kecil yang tak terselesaikan akan memiliki emosional yang tak stabil.

Secara umum, perempuan akan mencari kepuasan dengan pria selain pasangannya terutama bila mereka tak mendapatkan perhatian dari pasangan.

Faktanya, perempuan berselingkuh karena hubungan emosional dan juga seksual dengan pasangan tak lancar.

Selain itu, perempuan juga sangat ingin dibutuhkan, dicintai, dan dihargai oleh pasangannya.

Bila tidak, perempuan cenderung mencari perhatian tersebut dari pria lain.

Perselingkuhan justru membuat hubungan semakin memburuk, karena adanya kepercayaan dari pasangan yang sudah dirusak.

(Baca: Istri Bisa Punya Andil dalam Terjadinya Perselingkuhan)

Namun, bila pasangan baik perempuan dan pria memang berniat untuk memperbaiki hubungan mereka, maka keduanya akan mampu berdiskusi dan berkomitmen lagi, sekaligus saling membantu untuk membangun kepercayaan masing-masing.

Konsultasi pada terapis juga sangat membantu, sehingga ada suara ketiga yang bisa dipertimbangkan, sekaligus untuk memandu proses menyembuhkan trauma dan sakit hati.

Selain itu, juga untuk menumbuhkan hasrat seksual dengan pasangan.

Sumber : www.webmd.com, www.psychologytoday.com, www.huffingtonpost.com