Ini Kondisi Perempuan yang Tak Boleh Diberikan Terapi Hormon untuk Atasi Menopause

By Ade Ryani HMK, Sabtu, 29 April 2017 | 03:30 WIB
Wanita Butuh Dukungan Keluarga untuk Hadapi Menopause (Ade Ryani HMK)

Sebagai perempuan, akan ada beberapa fase yang akan kita lewati, mulai dari masa pubertas, menstruasi, masa kehamilan, masa pre menopause, dan menopause.

Pada masa menopause, perempuan yang mengalami dengan disertai beberapa keluhan disarankan untuk menjalani terapi hormon.

Keluhan yang biasa dialami seperti timbulnya rasa cemas berlebih, nyeri tulang, infeksi saluran kemih, vagina kering, hingga nyeri ketika berhubungan badan.

(Baca: Catat! Ini 3 Tahap Menopause, Gejala dan Keluhan yang Sering Dialami Perempuan)

Salah satu terapi hormon yang sering digunakan adalah Terapi Sulih Hormon (TSH) atau terapi hormon estrogen.

Terapi ini dilakukan untuk mengurangi gejala menopause dan meningkatkan produksi kolagen, menjaga kelembapan kulit, dan mencegah keriput.

Namun, masih ada kekhawatiran dari banyak perempuan, yaitu risiko timbulnya penyakit kanker karena penggunaan terapi hormon ini.

(Baca: 3 Kebiasaan Sederhana Penyebab Kanker Sejak Dini)

Menurut Dr. Ni Komang Yeni DS, SpOG., kita tak perlu khawatir karena terapi hormon tak memicu kanker.

“Terapi hormon boleh dilakukan selama diterapkan dengan benar dan diawasi setiap enam bulan,” jelas Dr. Yeni.

Menurut Dr. Yeni yang juga menjabat sebagai Wakil Ketua Perkumpulan Menopause Indonesia Cabang Jakarta Raya (PERMI JAYA) ini, sebelum melakukan terapi hormon kita juga wajib melakukan pemeriksaan tentang kondisi hormon dalam tubuh.

“Jika ingin mengonsumsi obat hormon, pastikan dulu status hormon dalam tubuh,” ujarnya.