Miris! Hidupi 13 Anak, Pasangan di Purwakarta Ini Tinggal di Rumah Kontarakan yang Sempit

By Swita Amallia Alessia, Senin, 8 Mei 2017 | 09:45 WIB
Bupati Purwakarta, Dedi Mulyadi menemui warganya yang memiliki 13 anak dan tinggal di rumah yang sempit (Swita Amallia Alessia)

Pasangan suami-istri Aa Suparman (48) dan Siti Fatimah (42) asal Kampung Malangnengah Wetan, Kelurahan Nagri Tengah, Kabupaten Purwakarta, diketahui memiliki anak 13 orang.

Mereka selama ini tinggal di satu rumah kontrakan tak layak huni berukuran sekitar 3x4 meter yang hanya memiliki satu ruang kamar.

Kondisi serba kekurangan tak menyurutkan pasangan ini untuk berjuang membesarkan anak-anaknya.

Saat ini, anak paling besar berumur 25 tahun dan paling kecil masih berumur tiga tahun.

(Baca : Menakjubkan! Remaja Tanpa Lengan Ini Justru Jadi Bintang Pemain Basket )

Siti Fatimah selama berkeluarga tak mengikuti program Keluarga Berencana (KB) karena ketakutan dan sering stres jika makan pil dan suntik KB.

"Pernah beberapa kali waktu itu ke bidan, tapi saya takut dan suka stres. Itu awalnya kami memiliki anak banyak. Kalau anak ketiga belajar jualan somay yang lainnya belum kerja," ungkap dia di rumahnya, Minggu (7/5/2017).

Selama ini, ke-13 anaknya dibesarkan dengan hasil kerja serabutan suaminya sebagai tukang servis elektronik.

Namun, sesekali biaya hidup tak terpenuhi manakala tak ada orang yang menggunakan jasa suaminya tersebut.

"Kalau suami suka perbaiki televisi dan radio. Tukang servis elektronik di rumah kalau ada, kalau enggak ada serabutan," ungkap dia.

Mengetahui informasi tersebut, Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi mendatangi langsung kediaman mereka seusai pulang dari luar kota pada Minggu sore.

Setibanya di lokasi, Dedi langsung mengumpulkan ketiga belas anak bersama orangtuanya dan sedikit keheranan karena zaman sekarang masih ada yang memiliki belasan anak.

Dedi pun langsung meminta keluarga tersebut pindah ke sebuah rumah yang telah disediakan pemerintah secara gratis. 

"Tetapi ada syaratnya, jika suami dari keluarga ini mau melakukan KB atau pasang kontrasepsi. Jadi tak akan menambah anak lagi," kata Dedi.

Dedi pun sempat masuk ke kediaman pasangan ini yang hanya memiliki satu kamar.

Setiap harinya sang suami hanya mengandalkan sebagai buruh perbaikan elektronik untuk menghidupi keluarganya.

Dirinya pun menegur RT dan RW setempat karena tak memberikan laporan terkait keluarga ini.

"Saya baru tahu di Purwakarta saat ini ada yang anaknya mau 13. Namun beruntung kondisi anaknya sehat-sehat, sehingga meski keadaan ekonomi sulit tetapi mereka tak kelaparan," ujar dia.

Selain mendapatkan rumah layak, keluarga ini akan mendapatkan subsidi beras melalui program "perelek". Seluruh keluarga ini pun diundang datang ke rumah dinas sebagai tamu undangan khusus besok pagi. 

"Mereka akan menggunakan beras dengan harga Rp 10.000 per liter kualitasnya secara gratis. Purwakarta sedang membuat kebijakan tentang beras ini, sehingga tak ada lagi raskin di Purwakarta," ujarnya.

Selain beras, Bupati Dedi sempat membicarakan soal program KB kepada keduanya yang bisa dilakukan secara gratis.

Bujukan Bupati Dedi sempat ditolak oleh Siti Fatimah dengan alasan takut.

Malah sang istri di hadapan kepala daerah tersebut menganjurkan suaminya saja yang diikutkan program KB.

"Tadi istrinya menolak, katanya suaminya aja yang diikutkan KB," pungkasnya.

Irwan Nugraha/Kompas.com