NOVA.id - Tak jarang biasanya orang memutuskan untuk mengadopsi anak lantaran kondisi pasangan yang tak lagi memungkinkan untuk hamil, kerena terlalu berisiko.
Biasanya karena alasan kesehatan, seperti ibu yang mengidap penyakit jantung, hipertensi, asma, diabetes, epilepsi, gagal ginjal, HIV/AIDS, atau sudah beberapa kali melakukan operasi caesar.
Namun tidak sedikit juga pasangan yang berkecukupan secara ekonomi memiliki keinginan untuk membantu sesama dengan mengadopsi anak.
Mungkin saja orangtua anak yang diadopsi merupakan kerabat dekat yang kurang mampu, atau bahkan tidak saling kenal oleh pasangan tersebut.
Baca juga: Sempat Berjauhan, Venna Melinda Kembali Mesra dengan Kedua Anak Kandungnya, Ini Penyebabnya
Banyak hal yang dapat memengaruhi seseorang atau pasangan dalam mengadopsi anak.
Namun biasanya, faktor psikologislah yang memengaruhi mereka untuk mengadopsi anak.
Menurut Anindita Citra Setiarini, Psikolog dari Klinik light HOUSE, biasanya sebelum mengadopsi anak, kebanyakan pasangan telah melewati proses berduka (grieving) yang terdiri dari denial, anger, bargaining, depression, dan acceptance karena tidak bisa punya anak sendiri.
Terlepas dari latarbelakang seseorang atau pasangan akhirnya memutuskan untuk mengadopsi anak, tentu perlu berbagai pertimbangan sebelum akhirnya keinginan tersebut terwujud.
Baca juga: Adopsi Anak Bisa Pancing Istri Agar Cepat Hamil, Benarkah?
Selain persiapan dari segi finansial, ada beberapa hal yang juga wajib disiapkan pasangan, terutama persiapan mental. Ini di antaranya:
1. Ubah Gaya Hidup dan Jadikan Anak Prioritas Jika kita merupakan pekerja yang sibuk beraktivitas, kita harus rela mengesampingkan beberapa kegiatan untuk mengurus anak.
Mengesampingkan ego tidak mudah, mengingat kehidupan dan kesejahteraan anak sangat bergantung pada orang tuanya.
Meski demikian, kita juga harus tetap memenuhi kebutuhan diri sendiri dan pasangan.
2. Pelajari Cara Mengurus Anak Tidak ada salahnya jika mengikuti kelas ibu dan balita (anak usia 0-5 tahun) untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam merawat, mendidik, ASI dan MPASI, penyakit, hingga tumbuh kembang anak.
Jangan sampai mengalami kepanikan atau membahayakan anak karena tidak punya bekal apa-apa.
Baca juga: Curhat Mengharukan Ibu Kandung Zahara, Anak Adopsi Angelina Jolie
3. Atasi Tekanan Sosial Di era digital seperti saat ini, informasi baru cepat sekali berputar. Tak sedikit ibu-ibu baru merasa kewalahan dalam memilih mana yang terbaik untuk anak-anak mereka.
Baik secara sadar atau tidak, hal itu menimbulkan rasa kompetisi. Sebaiknya, lakukan riset terlebih dahulu mengenai baik dan buruknya suatu metode yang hendak diikuti.
Jika perlu konsultasilah ke tenaga profesional. Ingat, tidak perlu selalu ikut tren untuk terlihat keren.
4. Ambil Keputusan Membesarkan Anak Kita perlu mendiskusikannya dengan pasangan dan melakukan trial and error sendiri.
Misalnya menggunakan popok sekali buang atau popok kain yang cuci-kering-pakai. Dengan mencoba beberapa hal, kita akan tahu, mana yang ‘klik’ untuk kita dan anak.
Baca juga: Melahirkan Anak Pertama, Ibu Ini Kaget Saat Lihat Bayinya, Ternyata Ini Penyebabnya
Jika sudah menemukan yang sesuai, berkomitmenlah untuk meneruskannya tanpa ragu dan takut.
Eveline/Tabloid NOVA