Sebelum Donor ASI, Lakukan Pemeriksaan Ini Terlebih Dahulu!

By Dionysia Mayang Rintani, Sabtu, 14 Oktober 2017 | 06:30 WIB
Sebelum Donor ASI, Lakukan Pemeriksaan Ini Terlebih Dahulu! (Dionysia Mayang)

NOVA.id – Nutrisi terbaik bagi bayi adalah air susu ibu atau ASI.

Manfaatnya begitu beragam, sehingga ASI pun bisa didonorkan bagi yang membutuhkan.

Meski demikian, kita harus melakukan pemeriksaan yang ketat sebelum mendonorkan ASI untuk mencegah penularan penyakit.

Menurut penjelasan dr.Elizabeth Yohmi, Sp.A, pada Kompas.com, penularan penyakit yang bisa melalui ASI antara lain hepatitis B dan C, HIV, Cytomegalovirus (CMV) dari keluarga virus herpes, herpes simpleks, rubela, dan juga bakteri.

(Baca juga: Sarapan Bernutrisi dengan Sereal Susu, Solusi Tepat Ibu Millennial)

Sementara itu, di media sosial biasanya pencari donor dan penerima donasi ASI biasanya hanya mencantumkan jenis kelamin bayi, usia, agama, dan juga pola makan pendonor ASI.

"Idealnya ASI dari donor sudah melalui pemeriksaan, baik screening lisan dan tulisan, pemeriksaan laboratorium, bahkan harus dipasteurisasi dan dikultur, sebelum diberikan pada bayi," kata dokter yang menjabat sebagai Ketua Satuan Tugas ASI Ikatan Dokter Anak Indonesia ini.

Proses penapisan (screening) untuk menjadi donor ASI dibagi menjadi dua langkah prosedur, pertama donor (pemberi) ASI akan menjawab pertanyaan tertulis tentang riwayat kesehatan secara detail.

(Baca juga: Begini Cara Mengejutkan Stuart Collin Minta Bertemu Sang Anak kepada Risty Tagor)

Kemudian form ini dikirim ke pusat layanan kesehatan primer untuk konfirmasi kebenaran data.

Donor potensial ditolak jika pernah mendapat transfusi darah atau produk darah lainnya dalam 12 bulan terakhir, melakukan transplantasi organ atau jaringan dalam setahun terakhir, mengonsumsi alkohol dalam 24 jam terakhir, mengonsumsi obat sistemik atau hormonal, atau menggunakan dosis besar vitamin dan obat herbal.

"Selain itu ASI dari ibu yang vegetarian dan tidak mendapat suplemen vitamin B-12 juga berbeda komposisinya dengan ibu yang mengonsumsi protein hewani," katanya.