NOVA.id – Berawal dari kejadian dua tahun sebelumnya, ketika Vinod, suami Dr Priti Ingle Jadhav, mengalami kecelakaan di daerah pedesaan Akola di Vidarbha, Maharastra, dan yang suaminya katakan hanyalah ‘selamatkan saya’.
Meskipun ambulans telah didatangkan, namun tetap tak bisa membuat Vinod bertahan lebih lama.
Di saat-saat terakhir, Priti terus mengatakan pada suaminya untuk jangan berhenti bernapas, namun Vinod tak bisa bertahan.
(Baca juga: Kenali Penyebab Cerebral Palsy, Salah Satunya karena Ada Masalah Saat Proses Persalinan)
Setelah kehilangan Vinod, Priti yang juga seorang dokter anak akhirnya kembali bekerja.
Namun pada suatu ketika,ada kasus yang melibatkan bayi petani usia lima hari, dan membutuhkan pertolongan dokter.
Namun sulit dilakukan lantaran orangtuanya miskin, sementara biaya yang dibutuhkan terlalu mahal.
Dari situlah muncul gagasan Priti untuk menolong bayi tak berdosa.
(Baca juga: Ini Dia Tanda Anak Sedang Berbohong, Salah Satunya Sering Mengangkat Alis)
"Bayi itu sedang sekarat. Tingkat urea darah dan serum kreatinin sangat tinggi. Ayahnya yang seorang pecandu alkohol, tampaknya tidak peduli," kata Priti, yang berkonsultasi dengan Inspektur Medis Dr Arati Kulwal.
Di sana Dr. Priti mendesak pihak berwenang untuk membiarkan ia mengobati bayi tersebut.
"Saya tidak tahu apa yang terjadi. Mungkin aku melihat keputusasaan situasi, dan merasakan keputusasaan yang sama seperti saat Vinod tidak bisa diselamatkan. Saya memutuskan untuk keluar dari rasa berkabung dan mulai menyelamatkan bayi-bayi itu," lanjut Priti.
(Baca juga: Stuart Collin Curhat di Media Sosial, Begini Tanggapan Risty Tagor yang Tak Disangka)
Bayi itu berhenti makan dan buang air kecil lima hari setelah ia dilahirkan.
Dengan biaya perawatan di rumah sakit swasta yang sangat mahal, ibu dari bayi yang berusia 20 tahun, Pooja Rathod, memutuskan untuk membawa bayinya ke rumah sakit Lady Hardinge.
Peritoneal dialysis (PD) sering digunakan pada kasus gagal ginjal stadium akhir, kecuali rumah sakit ini tidak memiliki alat PD untuk merawat bayi.
Pendanaan untuk perawatan kesehatan lanjut seperti ini sangat terbatas dan kurangnya tenaga terlatih, terutama di daerah pedesaan.
(Baca juga: Ke Dubai Tak Seru Bila Tak Menonton Pertunjukan La Perle)
Inilah yang juga menjadi tantangan yang harus ditangani oleh pemerintah pejabat kesehatan saat menghadapi kasus-kasus rumit.
"Beban kerja sangat besar di sini. Rumah sakit Lady Hardinge memiliki 48 Unit Perawatan Khusus di Maharashtra yang menangani bayi yang sakit. Setiap tahun, setidaknya 3.000-3.500 bayi sakit dirawat di sini dan angka kematian fatal telah diturunkan menjadi 8/1000 kelahiran hidup," kata Dr Arati.
Sementara upaya tim sangat penting, Priti secara pribadi terlibat dalam menyelamatkan setidaknya sembilan bayi yang sangat kritis, kata Dr Arati.
Untuk menyelamatkan bayi Predi yang berusia lima hari, dibutuhkan proses operasi yang memakan banyak biaya. PD adalah tipe dialisis yang digunakan untuk menghilangkan kelebihan cairan dan racun.
(Baca juga: Inspiratif! Perempuan Ini Lupa Cara Mengejan Saat Melahirkan Lalu Melakukan Hal Ini, Simak Ceritanya Berikut)
Untungnya, bayi tersebut mendapatkan perlengkapan medis yang dibutuhkan, dan memulai siklus PD dan akan terus memantau bayi setiap jamnya.
"Saya menghitung setiap siklus dan tidak tidur selama dua malam," kenang Priti. Pada siklus PD ke-48, output urine bayi adalah 6ml. Secara bertahap, ini menunjukkan peningkatan yang signifikan dan cukup untuk bisa dipulangkan ke rumah.
Pada satu titik, menyelamatkan bayi ini sepertinya tidak mungkin.
Tapi delapan bulan kemudian, saat Pooja mengajak putrinya Ayush untuk kunjungan lanjutan, mata Priti menyala-nyala yang mengisyaratkan, "Ya, saya bisa menyelamatkan bayi ini," katanya sambil tersenyum.
(Baca juga: Tak Selalu Mahal dan Mewah, Ini Menu Makanan Para Miliarder Dunia)
Seperti Ayush, Priti menggunakan pemikiran cepat untuk menyelamatkan delapan bayi kritis lainnya.
Lima mengalami masalah parah, termasuk penyakit kuning karena ketidakcocokan RH.
Bayi baru lahir yang kritis akhirnya sembuh setelah transfusi darah, prosedur yang memakan waktu empat hingga lima jam dan harus dipantau dengan ketat.
Dalam kasus lain, terdapat bayi kembar tiga yang lahir di sebuah rumah sakit swasta dan mereka dirawat di unit perawatan khusus bayi baru lahir, di mana salah satunya mengalami kejang.
(Baca juga: Ternyata Ini Alasan Risty Tagor Enggan Pertemukan Anaknya dengan Stuart Collin)
Sementara, dua lainnya menderita sindrom gangguan pernapasan.
"Saya melibatkan ibu dan melatihnya untuk memantau bayinya," ungkap Priti.
Mulia sekali hatinya, bukan?(*)
(Artikel ini pernah tayang di laman Nakita dengan judul Punya Hati Bak Malaikat! Setelah Suami Meninggal Dunia, Dokter Anak Ini Tetap Tegar dan Mendedikasikan Hidupnya untuk Menyelamatkan Banyak Bayi)