Dia pun juga sempat mengutarakan sebelum berhasil dilakukan penyuntikan atau pemboman terhadap sel kanker yang ada pada lehernya, kanker ini sempat menyebar di seluruh tubuhnya dan menjalar hingga kelenjar getah bening.
"Sempat gak sadarkan diri karena kelenjar getah bening diserang dan peran kelenjar tersebut sangatlah penting dalam menopang metabolisme tubuh," bebernya.
Namun, melalui perjuangan yang dia lakukan hampir selama tujuh tahun, kini sel-sel kanker itu telah hilang.
Hanya saja, sampai seumur hidupnya dia harus terus mengkonsumi tablet pengontrol zat tiroid di area leher.
"Jadi harus terus normal, kalo turun sedikit ata naik sedikit itu bisa kembali kambuh dan menyebabkan kanker kembali," imbuhnya.
Astri yang tengah terihat hamil dan mengandung anak kedua tersebut juga kini terus mengecek kondisi tubuh dan janinnya.
"Sebisa mungkin semoga calon anak ini tidak sampai terkena kurang apapun, jadi saya harus konsumsi obat terus agar janin-nya juga sehat sampai lahir," tukas dia.
Melihat perjuangan dan beban yang dirasakan ketika berbaring di rumah sakit dan divonis terkena kanker tiroid inilah membuat ia dan teman-teman yang sedang atau pernah terkena kanker tiroid mendirikan komunitas peduli penyakit tiroid.
"Karena saya merasa dulu informasi kanker tiroid ini sangat jarang sekali jadi sekaligus saya bentuk komunitas untuk saling berbagi informasi, donasi dan kepedulian terhadap sesama yang juga terkena penyakit tiroid," jelasnya panjang lebar.
Menurutnya, masa-masa divonis menghadapi kanker tiroid dengan status "in a lifetime" atau seumur hidupnya sempat membuat dirinya putus asa.
Namun, support dari suami dan keluarga terdekatnya membuat ia mampu bangkit dari keterpurukan itu.
Dalam kesempatan itu, ia juga menjelaskan ternyata kanker tiroid juga bisa diantisipasi secara dini.