NOVA.id - Minimnya informasi tentang penyakit kronis, seperti kanker tiroid dan kelenjar getah bening seringkali membuat masyarakat tak menyadari kehadiran penyakit tersebut.
Bahkan, masih banyak yang mengabaikan penyakit tersebut dan kaget saat divonis stadium tiga kanker olah dokter.
Hal ini diakui benar oleh salah satu peraih penghargaan Perempuan Inspiratif NOVA 2017, Astriani Dwi Aryaningtyas.
Perempuan yang akrab disapa Astri tersebut menjelaskan lantaran buta informasi mengenai penyakit tiroid, tujuh tahun yang lalu dia sampai shock divonis dokter terkena kanker tiroid.
Dia menceritakan pada mulanya dia hanya menganggap enteng dan cenderung menghiraukan benjolan yang ada di lehernya.
Namun, ternyata setelah dia melakukan check-up, dokter menyatakan Astri terkena kanker tiroid.
Dia mengaku sampai tidak menduga di usia yang masih terbilang muda harus terkena kanker.
"Saat itu usiaku masih 20 tahun, otomatis ya kaget banget kok bisa ada kanker di dalam lehernya," jelas dia.
Sempat, ia menduga bahwa penyakit kanker yang diterimanya ini adalah keturunan dan ternyata benar.
Garis keturunan dari neneknya yang pernah terkena kanker menjalar sampai dirinya.
"Padahal orangtua dalam keadaan sehat dan tidak ada riwayat gangguan kesehatan termasuk penyakit kronis, kanker," tegasnya.
Perempuan lulusan psikologi Universitas Indonesia tersebut akhirnya pasrah dan hanya berharap pada Tuhan lantaran selama hampir 3 tahun lamanya harus selalu kontrol, penyuntikan terhadap sel kanker hingga pemulihan.
Dia pun juga sempat mengutarakan sebelum berhasil dilakukan penyuntikan atau pemboman terhadap sel kanker yang ada pada lehernya, kanker ini sempat menyebar di seluruh tubuhnya dan menjalar hingga kelenjar getah bening.
"Sempat gak sadarkan diri karena kelenjar getah bening diserang dan peran kelenjar tersebut sangatlah penting dalam menopang metabolisme tubuh," bebernya.
Namun, melalui perjuangan yang dia lakukan hampir selama tujuh tahun, kini sel-sel kanker itu telah hilang.
Hanya saja, sampai seumur hidupnya dia harus terus mengkonsumi tablet pengontrol zat tiroid di area leher.
"Jadi harus terus normal, kalo turun sedikit ata naik sedikit itu bisa kembali kambuh dan menyebabkan kanker kembali," imbuhnya.
Astri yang tengah terihat hamil dan mengandung anak kedua tersebut juga kini terus mengecek kondisi tubuh dan janinnya.
"Sebisa mungkin semoga calon anak ini tidak sampai terkena kurang apapun, jadi saya harus konsumsi obat terus agar janin-nya juga sehat sampai lahir," tukas dia.
Melihat perjuangan dan beban yang dirasakan ketika berbaring di rumah sakit dan divonis terkena kanker tiroid inilah membuat ia dan teman-teman yang sedang atau pernah terkena kanker tiroid mendirikan komunitas peduli penyakit tiroid.
"Karena saya merasa dulu informasi kanker tiroid ini sangat jarang sekali jadi sekaligus saya bentuk komunitas untuk saling berbagi informasi, donasi dan kepedulian terhadap sesama yang juga terkena penyakit tiroid," jelasnya panjang lebar.
Menurutnya, masa-masa divonis menghadapi kanker tiroid dengan status "in a lifetime" atau seumur hidupnya sempat membuat dirinya putus asa.
Namun, support dari suami dan keluarga terdekatnya membuat ia mampu bangkit dari keterpurukan itu.
Dalam kesempatan itu, ia juga menjelaskan ternyata kanker tiroid juga bisa diantisipasi secara dini.
Ia membeberkan apabila di leher kita ada benjolan kecil sesegera mungkin untuk cek ke dokter.
Pasalnya, sel ganas kanker yang menyerang leher itu ternyata membentuk benjolan ke dalam, bukan ke luar.
"Ini yang harus selalu diwaspadai, kita anggap enteng sama seperti saya dulu, saya kira benjolan biasa ternyata di dalam sudah besar," kata dia.
Bahkan, karena sering mengabaikan benjolan tadi, beberapa kali ia sampai jatuh pingsan dan pusing saat berjalan.
"Laki-laki atau perempuan semuanya bisa kena, jadi harus waspada," tuturnya.
Di akhir penjelasannya, ia memberikan saran untuk selalu menjaga kondisi tiroid dalam kondisi normal dengan check-up rutin ke dokter.
"Khusus bagi yang belum nikah, pemeriksaan terhadap kondisi dan kandungan tiroid kita sangatlah penting, dan ini harus menjadi program pemeriksaan wajib pra-nikah," pungkasnya.(*)