Orangtua Tak Izinkan Imunisasi, Anaknya Meninggal karena Difteri, Begini Reaksinya

By , Jumat, 8 Desember 2017 | 06:45 WIB
Ilustrasi (Nova)

Sebab semua pasien yang didiagnosa penyakit ini langsung mendapat pelayanan kesehatan.

"Sejauh ini semua pasien sudah sembuh karena langsung mendapatkan perawatan dari petugas kesehatan," kata Dezi di Plaza Pemerintah Kota Bekasi pada Kamis (7/12).

Dia mengatakan, ada banyak faktor yang memicu terjadinya penyakit ini.

Salah satunya adalah karena lemahnya daya tahan tubuh.

Sementara untuk anak-anak, karena belum mendapat vaksin dasar yakni difteri, pertusis, dan tetanus (DPT) dari tingkat I hingga III.

Menurut Dezi, bayi yang baru lahir pada umumnya menjalani vaksinasi DPT I hingga III secara bertahap.  Tujuannya untuk memberikan daya tahan tubuh terhadap penyakit ini.

"Kita sering mengimbau kepada orangtua agar anaknya yang baru lahir segera divaksin DPT karena sangat penting untuk kekebalan tubuh," jelasnya.

Dia menyatakan, di daerah lain penyakit ini bisa mengakibatkan kematian.

Gejala penyakit tersebut adalah demam tinggi, hilangnya nafsu makan dan hidung kerap mengeluarkan lendir.....

Sosialisasi

Kepala Dinas Kesehatan Kota Bekasi, Kusnanto Saidi menambahkan, sejak Maret lalu pihaknya sudah gencar melakukan sosialisasi terhadap ancaman penyakit difteri.

Sosialisasi dilakukan mulai dari Posyandu, Puskesmas, sampai dengan rumah sakit baik milik swasta maupun pemerintah.

"Kemarin kami juga mendapatkan pengarahan dari Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (Dirjen P2P) Kementerian Kesehatan," ujarnya.

Kusnanto mengatakan, telah menjadwalkan imunisasi massal untuk mencegah kasus difteri di wilayah setempat.

Menyusul adanya penetapan status kejadian luar biasa oleh Kementerian Kesehatan di tiga provinsi, yakni DKI Jakarta, Jawa Barat dan Banten.

"Untuk Kota Bekasi adalah salah satu bagian dari Jawa Barat yang menjadi sasaran imunisasi difteri," kata Kusnanto.

Sampai kemarin, Dinas Kesehatan Kota Bekasi masih mendata anak yang menjadi sasaran untuk diimunisasi ulang.

Namun, jika mengacu pada data imunisasi campak dan rubella, jumlah sasarannya adalah 658.000 dari usia 0-15 tahun.

"Untuk difteri akan lebih banyak lagi, karena sasarannya usia 0-19 tahun, sekarang kami masih mendata," jelasnya.

Ia menargetkan imunisasi massal difteri berlangsung pada Desember ini.

Adapun logistik vaksin dijamin ketersediannya oleh Kementerian Kesehatan.

"Logistik vaksin belum dikirim, nanti setelah ada data sasarannya baru didistribusikan," katanya..... 

dik/faf / wartakota