NOVA.id – Di Indonesia tercatat hampir sembilan juta anak di bawah usia lima tahun mengalami pertumbuhan yang tidak maksimal atau stunted akibat kekurangan gizi kronis.
Angka ini membuat Indonesia masuk dalam peringkat kelima negara dengan penderita kurang gizi sedunia.
Tema inilah yang menjadi bahasan dalam NGOBROL@Tempo yang dilaksanakan pada Rabu, (24/1) di kawasan Menteng, Jakarta yang diselenggarakan oleh Millenium Challenge Account – Indonesia (MCA – Indonesia).
(Baca juga: Tak Perlu Was-Was Memulai Bisnis Bakery Asal Ada Tepung Premix, Ini Alasannya)
Stunting sendiri adalah kekurangan gizi pada balita yang berlangsung lama dan menyebabkan terhambatnya perkembangan otak dan tumbuh kembang anak.
“Stunting berpotensi mengancam generasi mendatang menjadi generasi yang hilang. Kekurangan gizi pada usia dini dapat meningkatkan angka kematian untuk bayi dan anak, mudah terserang penyakit, dan kerja otak tidak optimal sehingga menurunkan kemampuan konigtif,” jelas Fasli Jalal, pakar gizi sekaligus Dewan Pembina Perhimpunan Dokter Gizi Medik Indonesia (PDGMI).
Sementara itu, angka stunting yang tinggi juga bisa merugikan perekonomian Indonesia dalam jangka panjang.
(Baca juga: Belanja Produk Ritel Kekinian Hanya di Easy Shopping, Mudah dan Terpercaya!)
Menurut studi Grantham-McGregor (2007), anak yang mengalami stunting berpotensi memiliki penghasilan lebih rendah sekitar 20 persen dibandingkan anak yang tumbuh normal.
UNICEF snediri memperkirakan stunting juga bisa menyebabkan Pendapatan Domestik Bruto merosot 3 persen.
“Sedangkan analisis Qureshy pada 2013 menyebutkan bahwa stunting bisa merugikan Indonesia hingga 300 triliun rupiah tiap tahunnya,” ujar Sri Enny Hartati, Direktur Institute for Development of Economics and Finance (INDEF).
(Baca juga: Berjuta Kebaikan dalam Segelas Susu Gurih Tanpa Garam yang Wajib Kita Tahu)