Wah, Jangan Sampai Anak Menderita Gizi Buruk atau Stunting, Efeknya Terasa Hingga Jangka Panjang!

By Dionysia Mayang Rintani, Rabu, 24 Januari 2018 | 13:10 WIB
Wah, Jangan Sampai Anak Menderita Gizi Buruk atau Stunting, Efeknya Terasa Hingga Jangka Panjang! (Dionysia Mayang)

NOVA.id – Di Indonesia tercatat hampir sembilan juta anak di bawah usia lima tahun mengalami pertumbuhan yang tidak maksimal atau stunted akibat kekurangan gizi kronis.

Angka ini membuat Indonesia masuk dalam peringkat kelima negara dengan penderita kurang gizi sedunia.

Tema inilah yang menjadi bahasan dalam NGOBROL@Tempo yang dilaksanakan pada Rabu, (24/1) di kawasan Menteng, Jakarta yang diselenggarakan oleh Millenium Challenge Account – Indonesia (MCA – Indonesia).

(Baca juga: Tak Perlu Was-Was Memulai Bisnis Bakery Asal Ada Tepung Premix, Ini Alasannya)

Stunting sendiri adalah kekurangan gizi pada balita yang berlangsung lama dan menyebabkan terhambatnya perkembangan otak dan tumbuh kembang anak.

“Stunting berpotensi mengancam generasi mendatang menjadi generasi yang hilang. Kekurangan gizi pada usia dini dapat meningkatkan angka kematian untuk bayi dan anak, mudah terserang penyakit, dan kerja otak tidak optimal sehingga menurunkan kemampuan konigtif,” jelas Fasli Jalal, pakar gizi sekaligus Dewan Pembina Perhimpunan Dokter Gizi Medik Indonesia (PDGMI).

Sementara itu, angka stunting yang tinggi juga bisa merugikan perekonomian Indonesia dalam jangka panjang.

(Baca juga: Belanja Produk Ritel Kekinian Hanya di Easy Shopping, Mudah dan Terpercaya!)

Menurut studi Grantham-McGregor (2007), anak yang mengalami stunting berpotensi memiliki penghasilan lebih rendah sekitar 20 persen dibandingkan anak yang tumbuh normal.

UNICEF snediri memperkirakan stunting juga bisa menyebabkan Pendapatan Domestik Bruto merosot 3 persen.

“Sedangkan analisis Qureshy pada 2013 menyebutkan bahwa stunting bisa merugikan Indonesia hingga 300 triliun rupiah tiap tahunnya,” ujar Sri Enny Hartati, Direktur Institute for Development of Economics and Finance (INDEF).

(Baca juga: Berjuta Kebaikan dalam Segelas Susu Gurih Tanpa Garam yang Wajib Kita Tahu)

Pemerintah Indonesia sendiri terus mengupayakan berbagai cara untuk menurunkan tingkat stunting pada anak di Indonesia.

Dengan target turunnya prevalensi stunting pada anak di bawah umur dua tahun dari 37 persen pada 2013 menjadi 28 persen pada 2019.

Salah satu usahanya adalah dengan mencegah stunting dalam 1000 hari pertama kehidupan yaitu sejak masih janin hingga usia 2 tahun.

(Baca juga: Terungkap, 1 Bulan Sebelum Serangan Jantung, Tubuh Beri 6 Tanda ini!)

Usaha pemerintah merupakan wujud pentingnya melakukan investasi pada pembangunan sumber daya manusia.

Tentu saja, karena anak yang sehat, cerdas, dan tumbuh optimal memiliki potensi lebih besar serta turut meningkatkan daya saing bangsa di masa yang akan datang.

Target dan program yang dirancang oleh pemerintah tentunya tidak akan berjalan lancar tanpa ada dukungan dari berbagai pihak.

(Baca juga: Nah Lho, Berhentilah Konsumsi Nasi Sisa Kemarin, Ini Penyebabnya!)

Apalagi, memerangi masalah kesehatan bukanlah sesuatu yang mudah.

Ada banyak aspek dan pihak, seperti media dan masyarakat luas yang harus terlibat dalam memerangi stunting ini.(*)