"Tapi, mungkin ini terkait dengan kemampuannya untuk mengurangi peradangan otak yang dikaitkan dengan penyakit alzheimer dan depresi," ucapnya.
Baca juga: Benarkah Olahraga Bisa Mengatasi Depresi? Simak Penjelasannya
Riset yang diterbitkan dalam the American Journal of Geriatric Psychiatry ini menggunakan 40 orang yang mengalami kepikunan pada rentang usia usia 50-90 tahun sebagai subyek penelitian.
Setengah dari mereka diberi kurkumin 90 miligram dua kali sehari selama 18 bulan, sedangkan sisanya diberi plasebo alias "obat palsu" tanpa khasiat apa pun.
Setelah memantau tingkat kurkumin dalam darah, dan menjalani penilaian kognitif serta pemindaian positron emission tomography (PET) untuk mengamati proses metabolisme tubuh, periset pun mencapai kesimpulan.
Ditemukan bahwa mereka yang mengonsumsi kurcumin melihat peningkatan yang signifikan baik dalam memori maupun suasana hati.
Baca juga: Belanja Produk Ritel Kekinian Hanya di Easy Shopping, Mudah dan Terpercaya!
Dalam tes ingatan, orang-orang yang mengonsumsi kurkumin mengalami peningkatan daya ingat sebesar 28 persen selama 18 bulan, dan juga menunjukkan perbaikan ringan dalam keseluruhan emosi mereka.
Mengutip dari Kompas.com, para peneliti berencana melakukan riset lanjutan dengan jumlah peserta yang lebih banyak.
Mereka juga berharap untuk mengeksplorasi apakah dampaknya bervariasi sesuai dengan usia orang atau risiko genetik mereka terhadap alzheimer.
Kandungan kurkumin dalam kunyit ini juga berpotensi untuk menyembuhkan depresi ringan.
"Hasil ini menunjukkan bahwa konsumsi kurkumin ini bisa memberi manfaat kognitif yang berarti selama bertahun-tahun," ucap Gary Small.
Baca juga: Berjuta Kebaikan dalam Segelas Susu Gurih Tanpa Garam yang Wajib Kita Tahu
Berdasarkan data yang dilansir Kementerian Kesehatan RI, estimasi jumlah penderita penyakit alzhemeir di Indonesia pada tahun 2013 mencapai satu juta orang.
Jumlah itu diperkirakan akan meningkat drastis menjadi dua kali lipat pada 2030 dan menjadi 4 juta orang pada 2050.
Apakah data ini pun bisa dikaitkan dengan kebiasaan warga Indonesia mengonsumsi kunyit, yang mungkin belum sebesar India? Bagian ini tentu memerlukan penelitian tersendiri.(*)