NOVA.id – Studi menunjukkan bahwa perempuan dan kelompok marginal adalah pihak yang rentan terdampak oleh perubahan iklim.
Kondisi ini disebabkan oleh terbatasnya akses terhadap aset, pelayanan publik, dan proses pengambilan keputusan, seperti yang disebutkan oleh World Bank pada 2011.
Sementara menurut Data Pusat Statistik pada 2013, ada 7 juta orang atau 23 persen petani di Indonesia merupakan perempuan.
(Baca juga: Penuhi Janji, Abdul Indonesian Idol Dapat Kejutan dari Armand Maulana)
Dapat diperkirakan sebagian besar perempuan adalah buruh tani yang hidup di bawah kemiskinan, sebab sebagian besar perempuan buruh tani diberikan upah 50 persen lebih rendah daripada buruh laki-laki.
Padahal, jam dan beban kerjanya sama.
Oleh karena itu pemberdayaan petani perempuan yang mengedepankan pendekatan ramah lingkungan sangat penting.
Di samping untuk memastikan manfaatnya bisa dirasakan langsung oleh keluarga dan komunitasnya, juga secara lebih luas akan berdampak pada penguatan daya lenting alam yang mendukung ekonomi hijau.
(Baca juga: Ingin Kamar Tidur Terasa Nyaman dan Mewah Bagai di Hotel? Coba deh 5 Tips Berikut Ini)
Membuka akses petani perempuan kepada lapangan kerja dapat meningkatkan kepercayaan diri, keahlian, dan kapasitas perempuan dalam mendukung pertumbuhan ekonomi.
Di ranah domestik, pemberdayaan perempuan mampu meningkatkan pendapatan rumah tangga, meningkatkan kualitas gizi, pendidikan, dan kesehatan anak.
Di ranah publik, pemberdayaan perempuan bisa mengarah pada pengakuan publik akan pentingnya peranan perempuan, yang akhirnya bisa memberikan perempuan kesempatan dan dukungan lebih luas terhadap aktivitas ekonomi.