20 Tahun Menjanda dan Hidup Susah, Emak Encin Dapet Uang Kaget Senilai Rp 15 Juta Saat Malam Gerhana Bulan

By Amanda Hanaria, Jumat, 2 Februari 2018 | 07:45 WIB
Emak Encin mendapat uang Rp 15 juta, patungan yang diprakrasi Dedi Mulyadi saat gerhana bulan terjadi, Rabu (31/1) (Amanda Hanaria)

NOVA.id - Tak pernah terlintas dibenak Emak Encin (78), tukang pijat asal Purwakarta, yang mendapatkan rezeki nomplok sebesar Rp 15 juta saat semua orang di dunia sibuk merayakan momen gerhana bulan pada Rabu (31/1).

Ia mendapat bantuan itu setelah terpilih untuk berduet dengan pelawak Sunda Ohang dalam acara "nonton bersama" gerhana bulan total yang digelar Bupati Purwakarta sekaligus calon wakil gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi.

Baca juga: Berjuta Kebaikan dalam Segelas Susu Gurih Tanpa Garam yang Wajib Kita Tahu

Emak Encin menceritakan bahwa ia berprofesi sebagai tukang pijat tradisional.

Ia sudah menjanda selama 20 tahun dan harus berusaha keras mencari biaya hidup untuk dia dan cucunya.

"Emak mah mun mijat tara matok harga, nu penting jadi jalan ibadah keur Emak. (Emak tidak pernah mematok harga untuk jasa pijat, yang penting menjadi jalan ibadah buat Emak)," katanya kepada Dedi Mulyadi.

Baca juga: Hanya 1 Hingga 3 Menit Sehari, Ini yang Dilakukan Tina Toon Agar Kurus

Dalam sehari, Emak Encin biasa membawa pulang upah pijat paling besar Rp 50.000.

Berkah peristiwa gerhana bulan rupanya berpihak kepada Emak Encin.

Kisah pilu hidupnya mengundang empati dari Dedi Mulyadi dan warga lain yang hadir.

Baca juga: Belanja Produk Ritel Kekinian Hanya di Easy Shopping, Mudah dan Terpercaya!

Secara spontan, Dedi dan warga desa tersebut patungan untuk meringankan beban hidup perempuan dengan dua anak yang tidak bekerja itu.

"Tidak semua orang bisa seperti Emak Encin, beliau sosok luar biasa, ikhlas menjalani hidup," kata Dedi lirih.

Dana sebesar Rp 15 Juta terkumpul. Jumlah tersebut akan digunakan untuk biaya perbaikan rumah Emak Encin.

Baca juga: Huh! Avokad yang Membusuk Memang Menyebalkan, Inilah Cara Tepat Menyimpannya Agar Matang Sempurna

Filosofi gerhana Dedi menilai, fenomena gerhana bulan total pada Rabu malam merupakan tanda kekuasaan dan keajaiban Allah SWT sekaligus pengingat bagi umat manusia.

Menurut Dedi, gerhana dalam bahasa Sunda adalah samagaha.

Istilah ini sebenarnya merujuk pada suasana hati yang tidak kunjung memiliki ketetapan.

Samagaha bisa berarti perasaan galau dan gelisah.

Baca juga: Wah, Ternyata Begini Wajah Asli Titi Kamal Saat Tak Pakai Makeup

"Bulan boleh mengalami gerhana, tetapi dalam hati seorang pemimpin tidak boleh terjadi gerhana. Samagaha itu perasaan galau dan sikap kegelisahan. Maka, pemimpin tidak boleh galau karena ingin mendapatkan kekuasaan. Gerhana bagi pemimpin bisa menyakiti rakyatnya," ujar Dedi di Purwakarta, Kamis (1/2).

Seperti Rabu (31/1) malam tadi, Dedi bersama koleganya menyaksikan langsung fenomena alam tersebut bersama warga di sebuah lapangan luas di Desa Cengkong, Kecamatan Purwakasari, Kabupaten Karawang.

Baca juga: Sukses Jadi Aktor di Industri Perfilman, Fedi Nuril Tiba-Tiba Rindu Jadi Anak Band

Seusai shalat gerhana, Dedi pun meminta krunya untuk mematikan semua cahaya listrik di panggung yang sengaja disediakan di lokasi.

Ribuan warga yang hadir pun serentak menatap ke bulan meski sebelumnya sempat turun hujan dan tertutup awan mendung.

Baca juga: Wanita yang Simpan Jasad Suami dan Anaknya di Cimahi Percaya Mayat Mereka Akan Hidup Kembali, Ini 7 Faktanya!

"Karena gerhana itu menghalangi datangnya cahaya, tirai penghalang itu harus disibakan. Dia (gerhana) tidak boleh menghalangi mata dari penglihatannya, telinga dari pendengarannya. Gerhana juga tidak boleh menghalangi hidung dari penciumannya, mulut dari ucapannya, dan hati dari keikhlasannya," katanya. (*)

Irwan Nugraha/Kompas.com