NOVA.id – Batu ginjal dapat ditandai dengan berbagai macam gejala, seperti demam, mual, muntah, warna urin keruh, gangguan berkemih, dan yang paling sering dirasa, nyeri pinggang.
Namun, tidak semua penderita batu ginjal mengalami gejala nyeri pinggang.
Jika batu ginjal tidak menyumbat ureter, penderita tidak akan merasakan nyeri.
(Baca juga: Ternyata Ini Pentingnya Kenalkan Learning Buddy pada Buah Hati)
“Yang tidak menimbulkan nyeri itu yang berbahaya. Saya pernah bertemu pasien yang kena batu sampai ginjalnya sudah tidak berfungsi, tapi dia bilang tidak pernah ada rasa sakit,” kata dr. Hery Tiera, Sp.U., dokter spesialis urologi dari Rumah Sakit Pondok Indah, Jakarta.
Oleh karena itu, rasanya kita perlu mengenali penyakit batu ginjal lebih dalam untuk mencegah penyakit ini.
Berdasarkan hasil Diskusi Media bertema Penanganan Batu Ginjal pada Selasa (13/2) bersama dr. Hery, berikut fakta-fakta tentang batu ginjal yang telah NOVA rangkum.
(Baca juga: Mengapa Bisa Muncul Batu Ginjal? Simak Penjelasan dari Ahlinya Berikut)
Dapat memicu gagal ginjal
Batu ginjal tidak bisa kita abaikan karena penyakit ini berkaitan dengan gagal ginjal.
“Saat ada batu di saluran awal ureter, itu bisa menyebabkan bengkak ginjal yang mampu mengganggu fungsi ginjal tempat batu itu berada. Namun, itu belum gagal ginjal karena hanya sebelah saja yang terganggu fungsinya. Meskipun begitu, tetap harus dibersihkan karena itu sifatnya menyumbat ureter,” jelas dr. Hery.
Dapat menyerang siapapun
“Pada studinya, batu ginjal memang terbukti lebih banyak menyerang laki-laki karena aktivitas fisik mereka lebih banyak. Namun, tidak menutup kemungkinan perempuan akan terkena batu ginjal juga, tergantung pola hidup masing-masing,” ujar dr. Hery kepada NOVA.
Menurut dr. Hery, kelompok umur yang paling sering terkena batu ginjal adalah dewasa muda yang aktif, yakni sekitar 20 hingga 40 tahun.
Bahkan, anak yang sering dehidrasi pun dapat menderita batu ginjal.
(Baca juga: Tak Hanya Lari, Melakukan Jalan Cepat Secara Rutin Juga Bisa Turunkan Penyakit Ini Loh!)
Batu ginjal harus dihilangkan
Cara membersihkannya bisa dengan Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy (ESWL), perawatan non-invasif untuk memecahkan batu ginjal menggunakan gelombang kejut dari luar tubuh.
Setelah batu dibersihkan pun, seseorang masih memiliki risiko sebesar 50% untuk terkena batu ginjal lagi.
(Baca juga: Perih Karena Radang di Sudut Bibir? Obati dengan 4 Resep Manjur Ini)
“Karena itu penderita yang sudah dipecahkan batunya harus tetap menjaga pola makan dan minum, serta aktif bergerak,” kata dr. Hery.
Selain dengan terapi ESWL, pengangkatan batu ginjal juga dapat dilakukan dengan pembedahan terbuka dan minimal invasif.
Namun, terapi yang disarankan adalah ESWL karena sifatnya yang non-invasif.
(Baca juga: Sebulan Jadi Ibu, Sandra Dewi Unggah Kata-Kata Menyentuh Ini di Sosial Media)
Aktif bergerak dapat mengurangi risiko batu ginjal
Menurut dokter spesialis urologi itu, sedimentasi dari makanan dan minuman berkristal terjadi karena tubuh kurang bergerak (imobilisasi).
“Yang penting aktif bergerak supaya tidak ada sedimentasi yang menimbulkan batu. Setelah ditembak pakai terapi ESWL juga harus banyak gerak supaya batu yang hancur itu bisa keluar dari tubuh.”
Kita tidak harus menekuni satu olahraga secara spesifik, asalkan tubuh kita rutin bergerak maka risiko batu ginjal akan berkurang
(Baca juga: Mikha Tambayong Tampil Seksi Kenakan Crop Top Bustier, di Panggung LAFF Festival, yuk Lihat!)
Penduduk negara tropis lebih berisiko terkena batu ginjal
Dr. Hery menyatakan, kita harus mengonsumsi air putih minimal 2 liter untuk menjaga level hidrasi tubuh mengingat kita hidup di negara tropis.
“Penduduk negara tropis lebih rentan terkena dehidrasi dan itu bisa memicu batu ginjal,” kata dr. Hery. (*)