Anak Mulai Menampakkan Tanda-Tanda Keras Kepala? Biasakan 8 Hal Ini, yuk!

By Dionysia Mayang Rintani, Sabtu, 24 Maret 2018 | 12:00 WIB
Dampak memukul anak (istock) (Dionysia Mayang)

NOVA.id – Ada kalanya buah hati kita keras dan tak bergeming dari keinginan atau pendapat pribadinya. 

Hal-hal tersebut terkadang bisa memicu pertengkaran antara kita dan anak.

Sikap tersebut umumnya ditunjukkan anak usia 2 hingga 5 tahun, di mana pada fase tersebut anak mulai menyadari mereka adalah pribadi yang independen.

Lalu bagaimana cara menghadapi si keras kepala ini? Berikut upaya yang bisa kita lakukan:

1. Anak berkemauan keras adalah pembelajar melalui pengalaman

Sebagai contoh, untuk mempercayai bahwa kompor itu panas maka ia perlu mendekati kompor agar dapat merasakan sensasi panas di sekitar alat tersebut.

Maka lebih efektif untuk membiarkan ia belajar melalui pengalaman, daripada kita mengontrolnya.

Hal ini seringkali menguji batas kesabaran kita, namun pahamilah bahwa begitulah cara ia belajar.

2. Anak berkemauan keras ingin penguasaan lebih dari apa pun

Biarkan dia mengambil alih kegiatannya sendiri sebanyak mungkin.

Hindari terlalu banyak menyuruhnya, akan tetapi kita bisa mengingatkannya.

3. Berikan pilihan kepada anak

Jika kita memberikan perintah, ia akan hampir pasti menolak.

Sedangkan jika kita memberikan pilihan maka anak lebih senang bekerja sama.

Ia merasa mampu mengambil keputusan sendiri dan bertanggung jawab atas pilihannya.

4. Beri mereka otoritas kebebasan akan dirinya sendiri

Sebagai contoh, anak tidak mau memakai jaket.

Kita bisa memberikannya kemungkinan-kemungkinan, misalnya mengatakan, “Kalau nanti hujan dan kamu tidak memakai jaket kira-kira apa yang akan terjadi? Kalau nanti kamu kehujanan, kira-kira akan sakit atau tidak?”

5. Hindari memaksa anak jika ia tidak mau mengikuti arahan kita

Hal tersebut hanya akan membuat anak menentang orangtua.

Orang tua memiliki peluang yang besar untuk memenangkan perdebatan, hanya saja hal tersebut akan merusak hubungan anak dan kita.

Tenangkan diri anda lalu tarik napas dalam-dalam selanjutnya berikan anak penjelasan dengan cara komunikasi yang baik.

6. Luangkanlah waktu untuk mendengarkan apa yang anak inginkan

Kebutuhan anak sebenarnya tidak banyak. Ia menginginkan perhatian dan kasih sayang kita sebagai orang tua.

Kasih sayanglah yang bisa meminimalisasi kebutuhan anak pada sesuatu hal yang bersifat “materi”.

7. Memilih waktu yang tepat untuk menasihati anak

Pentingnya memilih waktu yang tepat untuk menasihati anak, di mana ia tidak merasa terpaksa untuk mendengarkan pesan moral yang disampaikan orang tua.

Di sini orangtua harus pintar membaca situasi dan karakter anak, kira-kira pada saat kapan anak bisa diajak bicara dan menjadi pendengar yang baik.

8. Memberikan fasilitas sebagai media untuk menyalurkan hobi anak

Setiap anak memiliki minat dan bakat yang berbeda.

Para orangtua harus bisa peka dalam melihat hal ini. Hindari memaksakan minat orangtua kepada anak.

Namun orangtua perlu menyalurkan minat dan potensi anak.

Dengan menyalurkan apa yang menjadi hobinya, anak senantiasa akan terus bergerak dan sisa energinya akan tersalurkan kepada hal-hal yang positif.

Ini akan membuat anak terhindar dari keadaan bosan, mudah marah, sedih, dan sebagainya.

Yang jelas, sikap keras kepala tidak akan menghilang dengan sendirinya namun perlu arahan dan didikan orang tua.

Peran pola asuh sangat penting untuk membentuk karakter anak.

Orang tua perlu memberikan contoh yang baik kepada sang buah hati untuk terbuka terhadap kritik dan masukan dari orang lain.

Termasuk juga orangtua bisa menerima kritik dari anak.

Alhasil, ia pun dapat meniru sikap orangtua untuk terbuka terhadap arahan dan saran dari orang lain. (*)