Tak Hargai Dedikasi Benyamin, Begini Gugatan yang Dilayangkan Penulis Asli Film Benyamin di Pengadilan

By Healza Kurnia, Jumat, 23 Maret 2018 | 12:00 WIB
Benyamin Biang Kerok (Healza Kurnia Hendiastutjik)

NOVA.id - Perseteruan yang terjadi dalam karya film Benyamin Biang Kerok (2018) semakin memanas.

Perseteruan itu pun berujung dengan gugatan yang dilayangkan oleh penulis naskah aslinya, Syamsul Fuad.

Dilansir dari Kompas.com, hak cipta film Benyamin Biang Kerok arahan sutradara Hanung Bramantyo digugat oleh penulis naskah asilnya, Syamsul Fuad, ke Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.

Dikutip dari laman sipp.pn-jakartapusat.go.id, gugatan bernomor perkara 9/Pdt.Sus-HKI/Cipta/2018/PN Niaga Jkt.Pst itu didaftarkan sejak 5 Maret 2018 lalu.

Baca juga: Lemak di Perut Susah Dihilangkan Walau Sudah Diet? Bisa Jadi 4 Alasan Ini Penyebabnya

Syamsul yang mencipta kisah Benyamin Biang Kerok pada 1972 menggugat pihak Falcon Pictures dan Max Pictures sebagai rumah produksi yang menggarap film Benyamin Biang Kerok (2018).

Tak hanya itu, bos Falcon Pictures HB Naveen dan produser film tersebut juga menjadi pihak tergugat.

Dalam gugatannya, Syamsul menuding tergugat telah melakukan pelanggaran hak cipta atas cerita Benyamin Biang Kerok dan Biang Kerok Beruntung.

Penulis berusia 81 tahun ini juga menuntut ganti rugi materil sebesar Rp 1 miliar untuk harga penjualan hak cipta film Benyamin Biang Kerok yang tayang 1 Maret 2018 lalu.

Baca juga: Pakai Syal Seharga Puluhan Juta, Begini Penampilan Syahrini yang Menggemaskan!

Selain itu, Syamsul menuntut royalti penjualan tiket film tersebut senilai Rp 1.000 per tiket.

Tak cuma itu, ia pun menggugat para tergugat untuk membayar ganti rugi immateril sebesar Rp 10 miliar yang mencakup kerugian akan hak moralnya sebagai pencipta atau pemegang hak cipta cerita Benyamin Biang Kerok.

Terakhir, Syamsul meminta para tergugat melakukan permohonan maaf kepadanya dan klarifikasi melalui media massa terhadap masyarakat atas pelanggaran hak cipta tersebut.

Sidang perdana atas perkara tersebut digelar hari ini, Kamis (22/3).

Baca juga: Selamat! Lahiran Anak Keempat, Ini Dia Jenis Kelamin Bayi Zaskia Adya Mecca

Sementara itu, masih dilansir dari laman yang sama, perkumpulan Betawi Kita menyatakan kecewa, bahkan merasa dihina usai menonton film “Benyamin Biang Kerok” besutan Sutradara Hanung Bramantyo

Menurut mereka, bagaimana tidak, mengingat Benyamin S bukan sekadar tokoh film, pemusik dan segambreng lagi sebutannya.

Benyamin telah menjadi manifestasi dari kebudayaan dan sejarah orang Betawi.

Hanung dan para penulis skenario serta para pemodalnya telah dengan sengaja memanfaatkan nama Benyamin sebagai komoditas.

Baca juga: 3 Kali Berturut-turut Alami Hal Ngeri Ini, Seorang Karyawati di Batam Alami Trauma

Tidak lebih dari itu saja, meskipun film tersebut didedikasikan untuk mengenang Benyamin.

Izin dari keluarga dengan iming-iming merayakan ulang tahun Benyamin dengan menafsirkannya ulang ternyata hanya kamuflase dan trik memalukan yang pernah disebut oleh Sjumandjaja sebagai tukang kelontong perfilman.

Mereka ini, kata Sjuman, tidak ada punya kreativitas sebagai unsur utama film.

Mereka hanya punya kreativitas bagaimana melipatgandakan modal.

Baca juga: Kisah Menyentuh Felix, Pria Belanda yang Datang ke Bandung untuk Mencari Ibu dan Kakak Tirinya

Memperbarui angka rekening, bukan memperbarui nilai film nasional.

Mayoritas narasi, adegan, gaya hidup yang dipertontonkan menjelaskan dengan gamblang tidak hadirnya pikiran di dalamnya.

Semua asal comot. Memang benar Benyamin juga asal comot.

Tetapi, beda asal comot dengan kreativitas dibanding asal comot yang tanpa pikiran.

Baca juga: Rancang Sendiri Pesawat Miliknya di Usia 12 Tahun, Perempuan Ini Disebut-sebut "The Next" Albert Einstein dan Stephen Hawking

Hasilnya yang satu pembaruan, sedangkan satu lagi kedunguan.

Di awal adegan, sutradara Hanung banyak mencomot film James Bond dengan Casino Royal-nya, Mission Imposible, Tomb Rider, dan latar belakang mafioso yang sarat dengan perjudian, miras dan pornografi.

Hanung tidak puas jika hanya menjiplak narasi film aksi yang berkiblat ke Hollywood.

Ia tutup film dengan adegan perkelahian yang menjiplak film Kungfu Hustle dari Hongkong.

Di antara awal dan akhir demikianlah jiplakan demi jiplakan disambung dengan buruk sebagai cerita.(*)