Langkah-langkah yang bisa diambil oleh para fashion designer dalam mengenalkan eco fashion—menurut Icun—sebetulnya beragam.
Misal, menggunakan bahan yang cepat larut dengan tanah.
Dalam artian, saat sudah usang dan ingin dibuang, pakaian jenis ini tidak akan jadi limbah.
Cara lain, adalah dengan membuat pakaian berkonsep reversible atau multi-function, sehingga para konsumen tidak perlu mengonsumsi pakaian dalam jumlah banyak karena mereka pasti bisa mengombinasikan sedikit saja item untuk menghasilkan banyak look.
(Baca juga: Fakta Menarik, Ternyata Pelancong Tanah Air Lebih Suka Lakukan Cara Mandiri InI!)
Bersyukurnya, kenyataan sekarang menunjukkan bahwa telah ada banyak fashion designer Indonesia yang menerapkan langkah-langkah ethical fashion tersebut.
Ria Miranda, memakai kain dari serat kayu pinus untuk membuat pakaian.
Novita Yunus dari label Batik Chic juga memanfaatkan teknik eco print dan pewarna alami dari daun jati.
(Baca juga: Sama Seperti Perempuan Biasa, Ternyata Kate Middleton Juga Pernah Ngidam, loh!)
Selain itu, Merdi Sihombing saat tampil di pekan Eco Fashion Week Australia beberapa waktu lalu juga menggunakan pewarna alami dari kulit pohon beringin, tanaman salaon, dan harimontong.
Sejumlah nama desainer lain juga terbukti semakin berlomba menghasilkan karya ramah lingkungan.
Dari fakta-fakta ini, semoga saja penerapan ethical fashion yang baik di Indonesia semakin terlaksana, baik dari konsumen maupun produsen.(*)
Jeanett Verica