NOVA.id - Fenomena bunuh diri di tengah masyarakat kembali mencuat.
Tapi apa betul depresi yang jadi biang keladinya?
Menurut Anindita Citra, S.Psi, M.Psi, psikolog yang praktek di klinik Light House, Jakarta, beberapa kasus bunuh diri yang terjadi memang ada yang mengarah pada diagnosa depresi yang dialami korban.
“Untuk memastikan, ya harus dilihat secara personal. Masing-masing orang pasti beda penyebabnya,” kata Citra.
Depresi memang tak diinginkan semua orang, termasuk kita.
Untuk itu, ada baiknya kita bisa mengenali gejala-gejala yang timbul menjelang depresi.
Menurut Citra, gejala itu bisa dimulai dengan kondisi tubuh yang tiba-tiba merasa lelah terus-menerus.
Nafsu makan yang berkurang atau bahkan sebaliknya, serta pola tidur yang tak teratur.
“Gejala itu muncul akibat masalah yang kita alami. Solusinya, kalau buat laki-laki mungkin mudah, karena bisa mencari pengalihan (distraction) seperti melakukan aktivitas yang jadi kesenangannya. Sementara untuk perempuan, sebenarnya bisa dengan bercerita pada orang yang dipercaya. Karena itu kan bisa bikin hati lega,” tukas Citra.
Rupanya, kebiasaan bercerita bagi perempuan bisa menghindari kita terkena depresi.
Makanya, Citra menyarankan agar kita membiasakan diri bercerita dengan pasangan atau keluarga dekat (support system), termasuk juga menjalin hubungan sosial dengan teman-teman kita.
“Tapi yang paling penting juga adalah memenuhi kebutuhan dasar kita dan kondisi keuangan yang stabil,” tambah Citra.
Jika kebutuhan dasar terpenuhi dan keuangan kita dan pasangan stabil, biasanya bisa menghindari tekanan yang menyebabkan kita depresi.
“Jika tak sanggup mengatasi masalah sendiri, bisa minta bantuan psikolog. Biasanya melalui teknik CBT (Cognitif Behavior Therapy), sehingga bisa memperbaiki mood seseorang,” jelas Citra.(*)
(Pungki/Yunus)